TEMPO.CO, Malang - Pelaku industri kreatif di Malang sulit mengakses kredit perbankan. Padahal, mereka membutuhkan suntikan modal untuk mengembangkan usaha yang juga ikut mengharumkan nama bangsa di jagat dunia kreatif dunia. Misalnya, Chekydot Studio pimpinan Admiranto Wijayadi yang berulang kali gagal mendapatkan kredit.
"Harus ada jaminan rumah, saya masih kontrak. Kalau surat mobil okelah," Admira mengeluh, Sabtu, 3 Mei 2014. Sebagai seorang ilustrator, Admira kini tengah sibuk menyelesaikan berbagai order komik, cover komik, kartu, dan konsep desain produk lainnya. Ilustrasi hasil karyanya menembus penerbit kelas dunia seperti Marvel dan DC Comics. (Baca: Industri Kreatif Inginkan Kebijakan Pembiayaan Khusus)
Sebagai penciller, dia bertugas menerjemahkan narasi dalam bentuk gambar. Setiap halaman untuk karakter Batman, Batgirl, dan Joker, ia mengaku mendapat honor sebesar US$ 150-300 dari DC Comics. Ini juga berlaku untuk karakter Captain America dari penerbit Marvel. Proses kreatif, kata dia, bergantung pada cerita dan karakter. Rata-rata, itu semua bisa diselesaikan dalam tempo 1-2 hari.
Penciller, kata dia, merupakan fondasi. Sebab, mereka menterjemahkan skenario atau skrip menjadi karakter tokoh yang digambar. Penciller selalu tercantum dalam komik. Jika tak di cover, namanya pasti tercantum di halaman dalam. "Jika tak dicantumkan bisa kita tuntut," kata dia.
Kini, ia tengah membuat iklan Harley Davidson dengan komik the Avengers, meliputi tokoh Iron Man, Spider-man, Hulk dan X-Men. Hal ini berbeda dengan Singapura yang memberikan bantuan permodalan kepada studio ilustrasi kecil.
Di Indonesia, industri kreatif harus berjuang sendiri. Sementara itu, pemerintah tak hadir untuk membantu pengembangan industri kreatif di Indonesia. Apalagi, pasar lebih banyak di luar negeri, sehingga bakal menghasilkan devisa untuk negara. (Baca: Mari Elka Akui Banyak Hambatan Industri Kreatif)
Jika mengembangkan usaha studio di Malang yang dirintis sejak tiga tahun lalu gagal, Admira berpikir untuk hijrah ke negara lain. Membuka studio di Los Angeles, Tokyo, atau Singapura, sebelumnya ia menetap setahun di Singapura. Di negara tersebut, kata dia, akses ke industri dan perlindungan hak cipta cukup tinggi.
EKO WIDIANTO
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Nyapres, Ahok: Kacau-Balau Jakarta Ini
Tak Serahkan iPod, Boediono Bisa Dijerat Pasal Suap
Ahok: Jokowi Jangan On-Off