TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Hariadi Sukamdani mengatakan target pertumbuhan industri nonminyak dan gas (migas) sebesar 7 persen dinilai tidak realistis. Alasannya, pemerintahan sebentar lagi demisioner pada Oktober 2014 dan akan ada pergantian pemerintahan. (baca:BI Perkirakan Neraca Perdagangan Kembali Surplus)
"Target pertumbuhan 7 persen pada tahun ini tergantung pada pemerintahan yang akan datang seperti apa. Jadi, untuk meningkatkan pertumbuhan industri non-migas, berarti iklim infrastruktur harus benar-benar dibenahi," kata Hariadi kepada Tempo, Kamis, 13 Maret 2014.
Menurut dia, iklim infrastruktur yang dimaksud adalah terkait dengan ketenagakerjaan, suku bunga perbankan, fiskal, dan moneter. "Kalau pemerintah yang akan datang bagus dalam hal regulasi, kebijakan, dan bisa memperbaiki manajemen dengan baik, saya yakin target double digit industri non-migas akan terpenuhi," ujarnya.
Indonesia sekarang, kata Hariadi, menjadi salah satu negara tujuan investasi yang banyak dilirik negara maju. Jika hal ini bisa dimanfaatkan dengan baik, akan mendorong pertumbuhan industri, terutama non-migas. "Untuk 'memperseksi' Indonesia di mata dunia, biaya logistik di Indonesia yang mencapai 26 persen harus diturunkan."
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non-migas dapat mencapai dua digit dalam lima tahun mendatang. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan target ini dapat tercapai jika penghiliran industri dalam negeri dapat terealisasi.
Untuk mencapai target tersebut, kata dia, tahun ini pertumbuhan industri non-migas harus mencapai 7 persen, turun dari target awal tahun, yakni 8 persen.
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler
KPPU Cecar Roy Suryo Soal Monopoli
Enam Kontrak Pasokan Gas Diteken
Hak Siar LSI Dipersoalkan, Ini Kata Roy Suryo