TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan DPR menyepakati defisit anggaran tahun 2014 sebesar 1,69 persen dari produk domestik bruto. Angka ini lebih rendah dari defisit anggaran tahun 2013 yang dipatok 2,38 persen.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, defisit rendah lantaran pemerintah tengah memperketat kebijakan fiskal. Tujuannya, untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (current account).
"Ini sinyal bagi pasar bahwa pemerintah dan BI serius dalam mengatasi isu current account. Itu yang saya sebut sebagai periode stabilisasi," kata Chatib usai menghadiri rapat paripurna pengesahan Undang-Undang APBN 2014, Jumat, 25 Oktober 2013.
Akibat kebijakan pengetatan fiskal ini, pemerintah cenderung menahan agar belanja negara tak terlalu ekspansif pada 2014. Belanja infrastruktur hanya naik sekitar 5 persen dari sekitar Rp 180 triliun pada 2013 menjadi sekitar Rp 190 triliun pada 2014. Meski begitu, Chatib menilai porsi belanja infrastruktur tetap besar dalam APBN.
"Kami memang tidak mengharapkan ekspansi belanja, karena kalau terlalu besar akan menyebabkan tekanan pada defisit berjalan," ujarnya. Tahun depan, pemerintah dan BI berharap defisit transaksi berjalan bisa di bawah tiga persen dari produk domestik bruto.
Konsekuensinya, pemerintah, kata dia, menerima pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dalam asumsi makro APBN 2014, pemerintah, dan DPR sepakat pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen, lebih rendah dari yang semula diajukan yakni 6,4 persen.
MARTHA THERTINA
Berita Terpopuler
Pengacara Tak Tahu Suami Airin Punya Wanita Lain
Menteri Gamawan: FPI Aset yang Perlu Dipelihara
Soal Kasus Wawan, Adnan Buyung Mau Gugat KPK
Ini Orang PKS yang Minta Mobil Luthfi Dipindahkan
Tren Korupsi Banten, Temuan BPK: Main Proyek Nyawa