TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan 70 persen solar yang didistribusikan di wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan sudah dicampur bahan bakar minyak nabati (biodiesel). "Kandungannya 10 persen," kata dia di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis, 12 September 2013.
Pencampuran biodiesel ke dalam solar merupakan salah satu opsi pemerintah untuk menstabilkan perekonomian. Dengan strategi ini, pemerintah memproyeksikan impor solar turun 100 ribu barel atau 15.800 kiloliter per hari. Penurunan impor solar diharapkan mengurangi tekanan defisit neraca perdagangan.
Karen mengatakan pencampuran biodiesel baru bisa dilakukan di Indonesia bagian barat. Untuk kawasan timur, pencampuran biodiesel belum bisa dilakukan persen karena fasilitas blending yang belum lengkap. "Kadar biodieselnya hingga kini belum 10 persen," ujarnya.
Menteri Perindustrian Mohamad Sulaeman Hidayat mengatakan belum siapnya fasilitas pencampuran solar di Indonesia timur bisa menghambat strategi penghematan pemerintah. Untuk menyelesaikan persoalan ini, pemerintah telah menginstruksikan Pertamina untuk melengkapi infrastruktur.
Hidayat juga berjanji segera menerbitkan aturan yang menjadi dasar hukum kebijakan ini. “Siang ini saya akan paraf draft peraturannya.” Jika peraturan telah diterbitkan, Hidayat akan mengundang produsen biodiesel untuk mengajukan penawaran pasokan ke Pertamina.
PRAGA UTAMA
Terhangat:
Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres?
Berita populer:
Inilah Orang Terkaya Cina, Wang Jianlin
Wawancara Menteri Zul: Harrison Ingin Main Tangkap
Pemerintah Diminta Moratorium Izin Trayek Lion Air
Rupiah Melemah Jadi Rp 11.438 Hari Ini