TEMPO.CO, Yogyakarta - PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menginvestasikan dana sebesar Rp 10 miliar untuk mengembangkan industri kreatif digital di Yogyakarta. Mereka mendirikan Jogja Digital Valley, pusat inkubator dan pemercepat pertumbuhan bisnis teknologi informasi dan komunikasi.
Direktur Innovation and Strategic Portofolio Telkom Indra Utoyo mengatakan industri kreatif merupakan model industri yang kini tengah berkembang di Indonesia. Yogyakarta dipilih sebagai tempat pusat `penggodokan` karena kota pelajar ini merupakan salah satu ikon industri kreatif di Indonesia. "Desember 2011 lalu, kami luncurkan juga Bandung Digital Valley," kata dia dalam peluncuran JDV, Rabu 21 Agustus 2013.
JDV merupakan satu fasilitas ruang kerjasama dan terbuka dan bisa dimanfaatkan pengembang di Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan area seluas 800 meter persegi di Jalan Kartini, gedungnya bisa menampung 50 pengembang individu dan 10 perusahaan star up binaan. Semua fasilitas itu disediakan secara gratis.
Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengatakan standar fasilitas JDV disesuaikan dengan kualitas internasional. Dana sebesar Rp 10 miliar oleh Telkom itu disediakan sepanjang tiga tahun untuk memberi kesempatan lahirnya bakat baru dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut dia, industri kreatif memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Di sejumlah negara, semisal Korea, pendapatan industri digital kreatifnya bahkan bisa lebih besar dibanding dengan sektor manufaktur. Di Indonesia sendiri, ia menyayangkan sejumlah anak muda berbakat di bidang ini yang justru bekerja untuk perusahaan negara-negara asing.
Gubenur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengatakan dengan 130 perguruan tinggi di DIY, Yoyakarta memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi kota kreatif. Selain itu, di kota ini juga terdapat banyak kalangan intelektual, profesional, dan seniman yang berkarya secara kreatif. "Di sini memang banyak para inovator muda kreatif yang berbasis teknologi informasi," kata dia.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia Hari Sungkari mengatakan ada sejumlah bidang yang masuk dalam kategori industri digital kreatif. Yakni software, permainan (game), serta animasi. Sejumlah negara lain memang terlihat serius mengembangkan industri jenis ini. Maklum, jika dikelola dengan baik, pendapatan dari sektor digital kreatif bisa mengalahkan manufaktur. Sayangnya, "Indonesia belum," ujar Hari.
Sejumlah daerah di Indonesia, kata dia, dinilai menjadi pusat industri digital kreatif. Selain Yogyakarta, kota lainnya adalah Bandung dan Jakarta. Meski demikian, tak semua bidang dari sisi industri kreatif yang dihasilkan memiliki pasar yang cukup bagus. Misalnya saja animasi. "Software sudah bagus dan game mulai tumbuh," kata dia.
ANANG ZAKARIA