TEMPO.CO, Denpasar - Kangean Energy Indonesia Ltd, anak usaha PT Energy Mega Persada berhasil memproduksi gas sebesar 82,53 miliar kaki kubik dari Lapangan Terang-Sirasun-Batur (Terang). Lapangan yang berada di lepas pantai Kabupaten Sumenep, Jawa Timur tersebut, baru beroperasi setahun, yakni sejak Mei 2012 hingga April 2013.
"Sementara itu, hingga April 2013, produksi gas dari Lapangan Pagerungan telah mencapai sebesar 1,174 miliar kaki kubik," kata Vice Presiden Operational Kangean Energy Indonesia Ltd. Ahmad Bunyamin saat ditemui di Lapangan Pagerungan, Senin, 27 Mei 2013. Sementara itu, lifting kondensat telah mencapai 13,2 juta barel.
Ahmad menyebutkan, produksi dari Lapangan Terang saat ini rata-rata mampu memproduksi hingga 240 juta kaki kubik per hari. "Sebenarnya kapasitas fasilitas produksi kami bisa mencapai 330 juta kaki kubik per hari, seperti yang telah kami capai pada Desember tahun 2012," ujar Ahmad.
Hanya, kenyataannya produksi dari Lapangan Terang dan Pagerungan saat ini tidak seluruhnya mampu diserap oleh konsumen gas domestik, khususnya di Jawa Timur. "Ada sekitar 60 juta kaki kubik per hari yang tidak terserap," ujarnya. Alhasil, target produksi tahun ini hanya dipatok sebesar 254 juta kaki kubik per hari.
Ahmad menyebutkan, berdasarkan kontrak, Kangean saat ini memiliki empat konsumen, yakni PT Perusahaan Listrik Negara Pembangkit Jawa Bali, PT Petrokimia Gresik, PT Pertagas Niaga, dan PT Indogas. Total permintaan gas sesuai kontrak mencapai 315 juta kaki kubik per hari, dengan rincian alokasi, PLN (130 juta kaki kubik per hari), PKG (65 juta kaki kubik per hari), Pertagas Niaga (100 juta kaki kubik per hari), dan Indogas (20 juta kaki kubik per hari).
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini menyayangkan kondisi tersebut. "Sayang sekali jika gas tersebut tidak dimanfaatkan oleh pembeli domestik," ujar Rudi.
Rudi berharap konsumen gas domestik bertanggung jawab untuk menyerap seluruh gas yang sudah diproduksi. Alasannya, penyerapan yang tidak maksimal berpotensi menimbulkan kerugian negara. "Kalau konsumen domestik dulu meminta gas tapi setelah diproduksi justru tidak menyerap, maka ada potensi penerimaan yang hilang," ujarnya.
Deputi Pengendalian Operasional SKK Migas, Muliawan mengatakan tidak terserapnya produksi gas selama ini akibat kendala infrastruktur. "Jaringan-jaringan pipa di Jatim belum merata, padahal seperti kita tahu (produksi gas) di Jabar dan Jateng agak shortage, Jatim yang over," ujar Muliawan.
Menurut dia, jika infrastruktur jaringan gas transmisi bisa mencapai Jawa Barat dan Jawa Tengah, over produksi bisa dimanfaatkan. "Tentu bisa menjawab tantangan itu (produksi gas tidak terserap)," ujarnya.
Gas dari Lapangan Terang selama ini disalurkan melalui jaringan pipa baru bawah laut dengan diameter 20 inchi sepanjang 26 kilometer. Pipa tersebut disambungkan ke pipa gas yang sudah ada yaitu jalur pipa dari Pagerungan-Gresik-Jawa Timur (East Java Gas Pipeline-EJGP).
AYU PRIMA SANDI
Topik Terhangat
Darin Mumtazah & Luthfi | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | PKS Vs KPK
Berita Terpopuler:
Daftar 'Perang' Antar Kubu di PKS
Ciuman Massal sebagai Protes
Dewan Masjid: Ceramah Tak Boleh Pakai Toa
Hitung Cepat Pilgub Jateng, Ganjar Pranowo Unggul
SBY: Negara Menjamin Kebebasan Beribadah
Pelaku Potong 'Burung' Ajak Muhyi Menikah