Asosiasi Eksportir Tolak Tarif Listrik Dalam Dolar AS

TEMPO Interaktif, Jakarta:Rencana Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengenakan tarif listrik dalam bentuk dolar AS bagi sektor industri khususnya yang berbasis ekspor mendapat penolakan dari pelaku usaha. Pasalnya alasan PLN yang menyatakan industri tersebut akan menerima devisa langsung tidaklah sepenuhnya benar. "Apa semua industri yang berbasis ekspor tadi juga akan melakukan ekspor secara langsung? kata Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Jawa Timur, Shahputra, kepada Tempo saat dihubungi via telepon, Rabu (15/9).Menurut Shahputra hanya sebagian industri saja, sekitar 60 persen, yang melakukan ekspor setelah memproduksi barang olahannya. Sedang sisanya, industri tadi mengekspor secara tidak langsung yaitu melalui perusahaan ekspor. "Jadi tidak benar kalau semua industri berbasis ekspor akan menerima pendapatan dalam bentuk dolar (AS), katanya.Oleh karena itu Shahputra menyatakan ketidaksetujuannya dengan rencana PLN tadi. Sebab jika tarif dolar AS ini dinaikkan maka industri yang tidak bisa mengekspor akan mengalami kewalahan, sebab selain tidak disediakannya pembayaran dalam bentuk dolar tadi juga akan memberatkan tatkala nilai dolar menaik. "Jangan membuat keberatan lagi, harapnya.Shahputra juga mengingatkan beban biaya listrik dalam ongkos produksi bisa mencapai 15 sampai 30 persen. Jika tarif tadi dikenakan dan pada saat yang bersama terjadi fluktuasi dan dolar naik maka dengan sendirinya ongkos produksi juga akan menggelembung.Muchamad Nafi Tempo