Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan sentimen positif dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan melanjutkan program stimulusnya telah mendorong apresiasi terhadap rupiah sepanjang pekan lalu hingga berada di bawah 9.700 per dolar Amerika.
Namun rilis data defisit perdagangan diprediksi akan membatasi apresiasi rupiah minggu ini. "Tekanan dolar AS akan membatasi pergerakan rupiah di kisaran 9.650-9.705 per dolar AS," kata Lana.
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2013 kembali mengalami defisit US$ 171 juta dolar akibat permintaan impor yang lebih tinggi dibanding ekspor, sekaligus mendorong kebutuhan akan dolar AS di pasar sehingga melemahkan nilai tukar rupiah.
Ada kekhawatiran di kalangan investor bahwa pelemahan rupiah akan terus terjadi karena kebutuhan dolar di pasar lebih tinggi dibanding pasokan devisa hasil ekspor yang masuk. Kondisi ini menimbulkan spekulasi dolar Amerika akan terus menguat di pasar uang domestik sehingga dapat menekan rupiah.
Dari sisi fundamental, kondisi rupiah sebenarnya sudah mulai membaik karena ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di tengah krisis. Dari sisi pasar finansial, investor asing terus menanamkan modalnya di pasar saham. "Tapi proses pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat sulit menciptakan katalis positif baru bagi rupiah," ujar Lana.
Pekan ini, rupiah diprediksi akan cenderung melemah dengan batas bawah di level 9.705 per dolar AS. Bank Indonesia kemungkinan akan memilih untuk melakukan intervensi di pasar uang ketimbang menaikkan suku bunga acuan dari level 5,75 persen.
Pekan lalu, rupiah ditutup di level 9.674 per dolar Amerika, atau menguat 35 poin (0,36 persen) dibanding pada penutupan pekan sebelumnya, di level 9.709 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR