TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan telah melakukan uji laboratorium terhadap sampel daging sapi yang diduga mengandung babi di sejumlah pasar. Hasilnya, seluruh sampel daging yang diuji dinyatakan tidak mengandung babi.
"Kami melakukan pengujian berdasarakan tes DNA, karena DNA sapi dan babi sangat berbeda. Ini untuk memastikan bahwa kekhawatiran masyarakat akan daging sapi oplosan babi tidak terbukti," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam konferensi pers, di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa 22 Januari 2013.
Pengujian sampel daging ini dilakukan bekerja sama dengan laboratorium peternakan Institut Pertanian Bogor. Sampel daging diambil dari beberapa pasar yang tersebar di Jakarta, Bogor, dan Bandung secara acak. "Sampel yang kami ambil ada tiga kategori yaitu bakso, daging giling, dan daging segar. Seluruh hasil uji lab menyatakan negatif mengandung daging babi," kata Bayu.
Di Jakarta, sampel diambil dari Pasar Rawamangun, Pasar Cempaka Putih, Pasar Senen, Pasar Pondok Labu, Pasar Atrium, Pasar Pondok Gede, Pasar Cipete, Pasar Kebayoran, dan Pasar Minggu. Sampel di Bogor diambil dari Pasar Anyar, Pasar Gunung Batu, dan Pasar Petir Dramaga. Sedangkan di Bandung, sampel diambil dari Pasar Baru dan Pasar Ancol.
"Setelah ini masyarakat tidak perlu khawatir untuk menikmati bakso dan membeli daging, karena pengujian ilmiah membuktikan tidak mengandung babi," ujar Bayu.
Pedagang bakso yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Indonesia (Apmiso Indonesia) menyambut gembira hasil uji laboratorium terhadap daging sapi ini. Ketua Umum Apmiso Indonesia Trisetyo Budiman mengatakan, hasil uji laboratorium ini melegakan para pedagang bakso.
Baca Juga:
Ia menyatakan, ketika isu daging sapi dicampur dengan daging babi ini beredar, jumlah pedagang bakso di Jabodetabek anjlok karena masyarakat enggan membeli bakso. "Jumlah pedagang bakso di Jabodetabek sekitar 50 ribu, sempat anjlok 50 persen karena isu ini," kata Trisetyo saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan. Setelah hasil laboratorium menyatakan negatif, ia memperkirakan jumlah pedagang bakso akan berangsur aktif kembali hingga 80 persen.
Namun, kekhawatiran lain masih menghinggapi para pedagang mie dan bakso. Kini, pedagang bakso mulai khawatir harga daging yang terus tinggi akan mengancam usaha mereka. Dalam sehari, rata-rata pedagang bakso membutuhkan lima kilogram daging sapi.
Kini, harga daging yang masih di kisaran Rp 95 ribu per kilogram akan menyulitkan pedagang bakso memenuhi kebutuhannya. Omzet yang akan diterima pedagang bakso juga akan turun signifikan. Saat ini, omzet pedagang bakso sekitar Rp 300 ribu per hari. "Idealnya harga daging Rp 70 ribu per kilogram. Kalau harga daging sapi masih tinggi omzet kami bisa drop 50 persen," ujarnya.
Ia meminta pemerintah mencari jalan keluar agar pedagang mie dan bakso bisa memenuhi kebutuhan bahan baku daging sapi dengan harga stabil. Sebab, pedagang bakso sudah merasakan dampak dari tiga kasus yang belakangan terjadi. "Pedagang bakso sudah terpukul dari tiga kasus yang belakangan terjadi yaitu kasus mahalnya harga daging, kasus merebaknya isu daging sapi dicampur daging babi, dan terakhir kasus banjir yang melanda Jakarta dan kawasan lain kemarin," kata Trisetyo.
ROSALINA