TEMPO.CO, Jakarta - Lisensi Kingfisher Airline kemarin dicabut setelah maskapai tersebut gagal memenuhi persyaratan pemerintah India tentang kegiatan operasionalnya. Pencabutan lisensi tersebut pun memaksa maskapai yang memiliki banyak utang itu untuk menghentikan penerbangan.
Kingfisher bisa memperoleh lisensinya kembali apabila dapat memenuhi persyaratan dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil atau Directorate General of Civil Aviation (DGCA).
Pencabutan lisensi tersebut menjadi sinyal ketidaksabaran pemerintah terhadap Kingfisher setelah maskapai itu beberapa bulan membatalkan penerbangan dan ditinggalkan para karyawannya. Maskapai pun bersikap keras terhadap pemerintah.
"Posisi saat ini tidak akan berubah," kata Kingfisher dalam pernyataanya, seperti dikutip Reuters, 20 Oktober 2012. "Kami selalu melakukan ini. Jika setiap masalah dengan karyawan sudah diselesaikan, kami akan mengajukan rencana kelanjutan kepada DGCA untuk ditinjau, sebelum kami melanjutkan kegiatan operasional."
Pencabutan lisensi maskapai itu diumumkan oleh Arun Mishra, Direktur Jenderal DGCA. Kebijakan tersebut sudah diperkirakan setelah Kingfisher gagal memenuhi persyaratan dari pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang aman, efisien, dan terpercaya. "Pencabutan lisensi Kingfisher memang disayangkan, tapi bukan tidak diperkirakan," ujar Amber Dubey, Direktur Kedirgantaraan dan Pertahanan di KPMG India, dalam pernyataannya.
Kingfisher, yang belum lama ini menghentikan penerimaan "pemesanan tiket sebelum 6 November mendatang, menyatakan akan menghentikan penerimaan reservasi sampai operasional berjalan kembali.
Maskapai yang belum pernah mencatat keuntungan sejak didirikan pada 2004 itu memiliki utang sebesar US$ 1,4 miliar. Di bawah kendali Vijay Mallya, Kingfisher Airline belum membayarkan gaji selama tujuh bulan. Perusahaan itu juga terpaksa menghentikan kegiatan armadanya sejak awal bulan ini, saat protes karyawan berujung kekerasan.
Mallya adalah hartawan yang memiliki tim Formula 1. Ia dikenal karena pernah menghelat pesta mewah di vila tepi pantai seharga US$ 16 juta di Goa. Dia juga terkenal karena perusahaannya setiap tahun menerbitkan kalender dengan tema pakaian renang.
Penurunan kinerja perusahaan dengan tajam semakin menegaskan adanya permasalahan dalam kegiatan operasional di sektor penerbangan India. Para pemain di sektor penerbangan harus bergulat dengan harga bahan bakar yang terus naik.
Posisi Kingfisher saat ini menjadi peluang bagi para pesaingnya seperti Indigo dan SpiceJet, dengan menurunkan kapasitas pada rute-rute utama. Kingfisher pada Jumat menyatakan akan kembali membuka penerbangan pada 6 November mendatang jika pemerintah mengabulkan rencana maskapai itu untuk kembali beroperasi. Pusat Aviasi Asia Pasifik atau Centre dor Asia Pacific Aviation mengatakan diperlukan dana setidaknya US$ 1 miliar untuk memulihkan Kingfisher.
MARIA YUNIAR I REUTERS