TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas terpasang daya listrik pada 2025 sebesar 135 ribu Megawatt. Untuk memenuhi itu dibutuhkan tambahan daya listrik 90.000 megawatt pada pada periode 2011 hingga 2025.
"Dalam 6 koridor Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ada kebutuhan listrik tambahan 90 ribu megawatt sampai tahun 2025," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Jarman dalam Konferensi dan Pameran Infrastruktur Internasional Indonesia di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 29 September 2012.
Jarman mengatakan hingga tahun 2020 akan ada tambahan daya 55.795 Megawatt baik dari pembangkit milik PT PLN (Persero) dan pembangkit listrik swasta. Ini berarti setiap tahun dibutuhkan rata-rata tambahan daya sekitar 5.500 Megawatt. "2011 sudah ada 5.500 Megawatt tambahan baru. Tahun 2012 dari program reguler dan percepatan akan masuk 5.500 Megawatt. Ini akan cukup memenuhi kebutuhan sampai 2020," kata Jarman.
Pemerintah menyatakan dibutuhkan investasi sebesar US$ 96,205 miliar untuk mengembangkan listrik dalam periode 2011 hingga 2020.
Sebesar US$ 67,81 miliar untuk pembangkit listrik, US$ 14,92 miliar untuk jaringan transmisi dan US$ 13,46 miliar untuk jaringan distribusi. "Transmisi dan distribusi juga harus terus dibangun karena bagaimanapun juga ini diperlukan untuk mengantar daya," kata Jarman.
Jarman mengatakan ke depan pengembangan jaringan diutamakan di daerah-daerah dengan tingkat permintaan tinggi. Namun daerah-daerah baru juga akan terus dikembangkan.
Pada 2020 nanti rasio elektrifikasi diharapkan bisa mencapai 99 persen. Saat ini rasio elektrifikasi di Indonesia baru sekitar 73 persen dengan kapasitas daya listrik terpasang sekitar 41 ribu Megawatt.
Untuk menambah daya telah dilakukan program percepatan 10 ribu megawatt tahap 1 yang direncanakan selesai pada 2014. Program percepatan 10 ribu megawatt tahap 2 direncanakan dimulai pada 2012.
BERNADETTE CHRISTINA