TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun tahun ini target pertumbuhan ekspor dikoreksi dari 13,5 persen menjadi 10-12 persen, pemerintah tetap optimis pada tahun depan nilai tersebut akan melonjak naik. Sebab, keadaan ekonomi dunia yang saat ini masih bergejolak diproyeksikan akan membaik.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, titik terendah turunnya ekonomi global dimungkinkan terjadi pada semester satu 2012. Sedangkan semester dua kondisinya akan mulai membaik.
"Kalau untuk 2013 hampir semua analis dan lembaga internasional mengatakan 2013 akan lebih baik," kata dia saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu 16 Mei 2012.
Bayu pun optomis pertumbuhan ekspor akan meningkat karena diproyeksikan nilai produksi akan mengalami peningkatan. Sebab, Indonesia saat ini lebih banyak mengimpor bahan baku, bahan penolong, dan barang pemodal untuk meningkatkan kapasitas produksi. "Produksi kita mudah-mudahan akan meningkat dan dapat swing-nya nanti di semester dua dan awal 2013 akan naik," kata dia.
Selain itu, kata dia, pemerintah tengah melakukan persiapan yang lebih matang untuk menghadapi membaiknya ekonomi dunia tersebut. Sehingga di saat ekonomi membaik, Indonesia dapat meningkatkan nilai ekspornya. Salah satu upaya tersebut yakni dengan melakukan diversifikasi ekspor ke sejumlah negara.
Selain melakukan diversifikasi pasar, yakni ke Afrika dan Amerika Latin, diversifikasi juga dilakukan pada komoditas melalui promosi produk. Yakni, dengan mengganti produk kerajinan dengan produk lifestyle. Produk-produk hilir, seperti sawit, makanan dan minumam, dan kopi pun dibilang memiliki prospek cukup bagus, termasuk juga produk otomotif.
"Jangan karena pasar melesu kita ikut lesu juga. Jadi saat ekonomi dunia naik, kita sudah punya cantolannya," kata dia.
NUR ALFIYAH