TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Selandia Baru bersepakat meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, khususnya di bidang investasi dan perdagangan. Indonesia merupakan pasar ekspor ke-10 terbesar bagi Selandia Baru dengan ekspor senilai Rp 6,53 triliun. Total nilai pendapatan domestik bruto Indonesia dan Selandia Baru mencapai angka US$ 1,2 triliun. Sementara nilai perdagangan Indonesia ke Selandia Baru sebesar US$ 1,1 miliar.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, seusai bertemu dengan Perdana Menteri Selandia Baru John Key, Senin, 16 April 2012, menyatakan investasi yang diinginkan Selandia Baru karena terkait ketersediaan sapi dan biri-biri. Jumlah sapi di negara itu mencapai 30 juta ekor, sedangkan biri-biri mencapai 40 juta ekor. Padahal penduduk Negeri Kiwi itu hanya berjumlah 4 juta jiwa. “Banyak nilai tambah yang mereka bisa berikan kepada kita,” ucapnya.
Investasi ini, kata Gita, tidak hanya menyangkut peternakan, tetapi juga masuk pada sektor pengemasan. Menurut dia, Selandia Baru menyikapi positif rencana kerja sama ini. Investasi ini akan difokuskan di luar Pulau Jawa. Gita optimistis, investasi sapi bisa dilaksanakan tahun ini.
Kerja sama bidang lain yang direncanakan adalah sektor geotermal. Dia menjelaskan Selandia baru menyukai potensi panas bumi yang dimiliki oleh Indonesia. John Key juga membawa sejumlah pengusaha panas bumi yang serius tertarik berinvestasi di Indonesia. Investasi di sektor ini diperkirakan akan memerlukan waktu karena harus mengikuti sejumlah aturan tentang pemanfaatan energi panas bumi.
“Nanti kami akan berbicara lebih detail,” kata dia.
Gita menilai perdagangan Indonesia bisa mencapai angka US$ 12 miliar atau sebesar 1 persen dari total nilai pendapatan domestik bruto kedua negara, yakni US$ 1,2 triliun. Produk yang selama ini mendominasi ekspor Indonesia ke Selandia Baru adalah tekstil, garmen, dan bahan pertanian.
Dia menjelaskan nilai perdagangan Indonesia masih mengalami defisit. Perkiraan defisit nilai perdagangan ini mencapai angka US$ 100 juta hingga US$ 200 juta. Gita mengungkapkan, dengan kerja sama perdagangan bebas antara ASEAN, Australia, dan Selandia Baru, defisit ini bisa dikurangi.
I WAYAN AGUS PURNOMO