TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya harga saham di bursa domestik hingga indeks kembali mencapai level 4.100 tidak mampu diikuti rupiah. Fokus para pelaku pasar justru tertuju pada kekhawatiran inflasi tinggi kembali membebani mata uang lokal.
Nilai tukar rupiah di pasar uang hari ini kembali melemah 17 poin (0,19 persen) ke level 9.165 per dolar Amerika Serikat (AS). Melemahnya mata uang regional terhadap dolar AS menghentikan apresiasi rupiah.
Kepala riset dari Treasury Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengungkapkan ancaman kenaikan inflasi dampak dari rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memberikan persepsi negatif bagi para investor asing. Dengan begitu nilai tukar rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) kembali melemah di sekitar 9.200 per dolar AS.
Minimnya pasokan dolar AS dari para eksportir seiring dengan melambatnya ekspor dan tetap tingginya permintaan dari para korporat membuat apresiasi rupiah kembali terganjal. “Namun Bank Indonesia (BI) yang tetap berada di pasar menjaga mata uangnya membuat pelemahan rupiah juga terbatas,” tuturnya.
VIVA B. KUSNANDAR