Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BI Disarankan Menumpuk Cadangan Emas

image-gnews
Aviliani. TEMPO/Tony Hartawan
Aviliani. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bank Indonesia disarankan mempertimbangkan menumpuk cadangan devisa dalam bentuk komoditas emas. Pengamat ekonomi yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Aviliani, menilai cadangan devisa dalam bentuk valuta asing (dolar Amerika Serikat) tak menguntungkan.

Nilai dolar Amerika diramalkan masih akan terus menurun. Sebab, kondisi perekonomian Amerika dianggap belum stabil. "Masalah utang di negara itu tidak akan selesai," ujar Aviliani, Rabu 17 Agustus 2011.

Pemerintah dan Kongres Amerika Serikat telah menyepakati melakukan penyelamatan (bailout) dan menaikkan batas utang negaranya maksimum sebesar US$ 2,4 triliun. Dengan demikian, batas utangnya membengkak menjadi US$ 16,5 triliun.

Namun, saat bailout itu digelontorkan, dana tersebut langsung habis. Krisis utang mereka tetap tak rampung dan kepercayaan pasar semakin menurun. Aviliani memperkirakan perekonomian Amerika akan terkoreksi tiga bulan lagi. Dia juga memperkirakan bailout akan dikucurkan lagi.

Aviliani menjelaskan, sebelum 1944, pencadangan devisa dengan komoditas emas digunakan Indonesia dan bank sentral di seluruh dunia. Namun, setelah 1944, tren ini berubah. "Mereka terus menyepakati uang mata dunia itu dolar Amerika sebagai acuan, karena Amerika dianggap negara adikuasa," katanya.

Sekarang, kata Aviliani, negara yang mata uangnya menjadi acuan bank sentral seluruh dunia telah kolaps. Karena itulah, kata dia, Bank Indonesia seharusnya perlu melakukan langkah-langkah untuk mengurangi efek turunnya valuasi dolar tersebut.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Kebijakan Moneter Hartadi A. Sarwono menyatakan, isu pembelian atau pemborongan emas oleh bank sentral sangat sensitif karena bisa berdampak buruk pada harga emas di pasar. Bank Indonesia belum bisa memberi ketegasan soal ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hartadi mengakui dunia sedang prihatin terhadap kecenderungan pelemahan dolar Amerika Serikat. "Karena mereka tahu dalam jangka panjang akan sulit buat Amerika Serikat membuat bujetnya kembali normal setelah defisit yang sangat besar," kata dia. Pelemahan dolar diramalkan akan berlangsung lama.

Di forum negara-negara kelompok G-20, kata Hartadi, masalah pelemahan dolar menjadi pembicaraan hangat. "G-20 membicarakan bagaimana mengubah sistem moneter dunia kalau ada pelemahan dolar. Nah, sebagian lari ke emas," ujarnya.

Tapi sayangnya, ia menambahkan, pasokan emas semakin terbatas dan harganya terus meningkat.

Laporan bulanan Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bank sentral di Thailand, Rusia, dan Kazakstan telah menambah cadangan emas mereka sejak dua bulan yang lalu.

l FEBRIANA FIRDAUS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri), Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa (kanan) memberikan keterangan pers terkait hasil rapat berkala KSSK tahun 2022 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022. Namun KSSK juga mewaspadai sejumlah risiko dari perekonomian global yang dapat berdampak pada sistem keuangan dan ekonomi di dalam negeri. Tempo/Tony Hartawan'
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.


Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa, 31 Januari 2023. International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023 yang semula 2,7 persen menjadi 2,9 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.


Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Pengunjung melihat layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 16 April 2024. IHSG ambruk di tengah banyaknya sentimen negatif dari global saat Indonesia sedang libur Panjang dalam rangka Hari Raya Lebaran 2024 atau Idul Fitri 1445 H, mulai dari memanasnya situasi di Timur Tengah, hingga inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali memanas. TEMPO/Tony Hartawan
Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.


Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Seorang pengrajin membuat tenun dalam rangkaian acara Festival Rimpu Mantika di Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 27 April 2024 (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.


Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.


BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI dan Alipay. foto/bri.co.id dan global.alipay.com
BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.


Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.


Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Ilustrasi Kredit Perbankan. shutterstock.com
Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.


BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

Logo atau ilustrasi Bank Indonesia. TEMPO/Panca Syurkani
BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).


BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.