TEMPO Interaktif, TOKYO - Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda mengingatkan bahwa penguatan mata uang Yen akhir-akhir ini tidak bisa mencerminkan fundamental ekonomi. Bersama pihak berwenang, dia berjanji akan mengontrol pasar uang.
Mata uang dollar jatuh ke level terendah atas yen dalam empat bulan terakhir. Berlarut-larutnya penyelesaian utang pemerintah Amerika Serikat diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. Apalagi kemarin, Gubernur Bank Sentral Ben Bernanke mengisyaratkan pertumbuhan ekonomi negeri itu bakal melambat. "Saya akan melihat terus pergerakan pasar uang," kata Noda kepada wartawan di Tokyo, Kamis 14 Juli 2011.
Naiknya mata uang yen diperkirakan akibat investor mencari aman atas memburuknya krisis utang Eropa dan keraguan pemulihan ekonomi Amerika. "Pemerintah Jepang semakin khawatir tentang seberapa jauh mata uang akan menguat," kata Makoto Noji, Ahli strategi Mata uang dan Senior Obligasi di SMBC Securities Nikko Tokyo.
Kenaikan yen telah memicu serangkaian peringatan dari para pejabat Jepang. Diperkirakan dalam waktu dekat pemerintah bakal melakukan intervensi terhadap pasar.
"Intervensi Jepang tidak mungkin berhasil, karena kita punya kabar yang sangat negatif tentang Amerika Serikat dan Eropa," kata Kimihiko Tomita, kepala valuta asing di State Street Bank & Trust di Tokyo.
Kelompok negara G7 bersama-sama melakukan intervensi untuk membendung penguatan yen saat mata uang Jepang melonjak ke rekor tinggi pada posisi 76,25 per dolar Amerika Serikat pasca gempa Maret lalu. Muncul spekulasi bahwa perusahaan Jepang bakal memulangkan sebagian besar aset asing mereka untuk membayar rekonstruksi.
Terakhir kali Jepang melakukan intervensi pasar pada September tahun lalu. Saat itu untuk pertamakalinya dilakukan pemerintah dalam enam tahun terakhir. Namun kondisi sekarang berbeda. Dengan ekonomi yang sudah pulih pasca bencana, Tokyo akan kesulitan mengintervensi pasar.
REUTERS | ERWINDAR