TEMPO Interaktif, Sydney -- Industri pertambangan dan maskapai penerbangan memprotes rencana pemerintah Australia menerapkan tambahan pajak baru emisi karbon. Kebijakan ini dinilai tidak akan mengurangi dampak emisi karbon secara global Sebaliknya, kenaikan pajak diyakini bakal menambah biaya produksi dan mengancam pemecatan karyawan secara besar-besaran.
Industri batu bara diyakini paling terpukul oleh kebijakan itu. Kenaikan pajak akan memaksa perusahaan memecat ribuan pegawainya. Padahal batu bara memberi kontribusi besar terhadap pendapatan Negeri Kanguru.
"Kebijakan ini amat disesalkan," kata Ralph Hillman, Direktur Eksekutif Australian Coal Association, Senin 11 Juli 2011. Dia memperkirakan karyawan yang terancam kehilangan pekerjaan mencapai 4.700 orang.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard akhir pekan lalu mengumumkan akan menetapkan pajak emisi karbon sebesar Aus$ 23 per ton atau sekitar Rp 204 ribu. Kebijakan itu diberlakukan mulai 1 Juli tahun depan. "Para pembuat polusi tidak bisa lagi mencemari udara secara gratis," kata Gillard.
Pajak akan dibebankan kepada 500 industri penghasil polutan. Kebijakan ini diyakini akan memperlambat pemanasan global dan melindungi taman terumbu karang Great Barrier Reef.
The Minerals Council menyatakan kebijakan itu akan memukul ekonomi Australia. Pengenaan pajak karbon juga diperkirakan bakal merugikan perusahaan pertambangan hingga Aus$ 25 miliar.
Direktur Pelaksana Rio Tinto Australia, David Peever, mengatakan kebijakan ini dinilai tidak adil. Sebabm, industri pertambangan Australia bakal tidak kompetitif dibanding perusahaan sejenis di luar negeri. Apalagi negara penghasil batu bara lainnya, seperti Indonesia, Afrika Selatan, dan Kanada, yang merupakan kompetitor Australia, tidak menerapkan pajak serupa. "Kebijakan ini akan menurunkan ekspor batu bara Australia," katanya.
Pernyataan keras juga diungkapkan perempuan terkaya Australia, Gina Rinehart. "Pajak karbon dan mineral membuat industri kami tidak kompetitif, dan malah melukai mereka," katanya kepada kantor berita Dow Jones.
Perusahaan penerbangan Qantas Airways dan Virgin Blue mengaku harus mengeluarkan biaya ekstra akibat kenaikan pajak. Biaya Qantas pada 2013 diperkirakan bakal membengkak dari Aus$ 110 juta (sekitar US$ 118 juta) menjadi Aus$ 115 juta (US$ 123 juta). Qantas termasuk salah satu dari 500 penyumbang polusi terbesar.
Pajak karbon ditargetkan akan menambah pendapatan negara sebesar Aus$ 10-12 miliar per tahun. Harga karbon akan naik sekitar 2,5 persen setiap tahun, mengikuti inflasi. Harga ini berlaku sebelum Australia menggunakan skema perdagangan emisi karbon dengan harga berfluktuasi pada 2015.
Kebijakan ini tidak berlaku bagi kendaraan bermotor dan lahan pertanian. Industri yang harus membayar pajak telah mendapat kompensasi dari pemerintah sebesar Aus$ 9,2 miliar untuk tiga tahun mendatang.
Setelah keluarnya pernyataan Gillard itu, indeks bursa saham Asia langsung melemah. Indeks saham Nikkei Jepang melorot 0,6 persen dan S&P/ASX Australia turun 1,4 persen. Adapun indeks Hang Seng, Hong Kong, melemah 0,9 persen dan Sensex, India, turun 0,4 persen. Harga saham maskapai penerbangan Qantas Airways turun 1,8 persen dan Virgin Australia 2,9 persen.
BLOOMBERG | DOW JONES | AFP | REUTERS | DEWI RINA