TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mendapat tambahan angkutan gerbong kereta dan lokomotif Juli nanti. Menurut Direktur Utama PT BA, tambahan gerbong dan lokomotif angkutan ini akan dioperasikan di Sumatera, di rel existing jalur Tanjung Enim-Pelabuhan Tarahan (416,6 kilometer) dan Tanjung Enim-Dermaga Kertapati (167,6 kilometer).
Sekretaris Perusahaan PTBA Achmad Sudarto menjelaskan pada Juli nanti angkutan batubara akan bertambah 40 gerbong. Dengan penambahan gerbong ini, tahun depan ditargetkan produksi akan naik 15-20 persen. "Jika angkutan sudah bertambah maka kapasitas batubara terangkut bisa naik dari 13,6 juta ton jadi 15,6 juta ton. Produksi bisa mencapai 20 juta ton," kata dia.
Dalam paparannya, Sukrisno menjelaskan bahwa saat ini status proyek ini masih dalam proses addendum Coal Transportation Agreement untuk tarif jangka panjang. Harapannya, secara bertahap pada 2014, kapasitas batubara terangkut mencapai 22,7 juta ton. Tahun ini, kapasitas batubara terangkut mencapai 13,6 juta ton. Tahun berikutnya diharapkan naik bertahap per tahun menjadi 15,6 juta ton lalu 18,5 juta ton dan 2014 menjadi 22,7 juta ton.
Batubara ini masih diprioritaskan untuk kebutuhan lokal. "Kami masih komitmen penuhi pasar lokal, jika mungkin bisa dipasarkan ke Eropa," ujar Sudarto.
Semua produksi sudah terserap ke pasar. Sisanya sekitar 30 persen diekspor ke Jepang, Malaysia, India, dan Cina.
Batubara ini dijual ke domestik. Kebanyakan dipasok untuk grup PLN, di antaranya untuk pembangkit listrik di Tanjung Enim dan Tarahan. Tahun ini ada tambahan untuk pasokan batubara buat PLN antara 1,5-2 juta ton.
Sukrisno menambahkan, kuartal pertama tahun ini, PTBA meraup laba bersih hingga Rp 800 miliar, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 400 miliar. "Karena harga batubara yang naik," kata dia.
Sudarto menambahkan, harga batubara tahun lalu rata-rata sekitar Rp 615 ribu per ton. Tahun ini harganya diperkirakan naik sekitar 10-15 persen.
PTBA adalah BUMN yang bergerak di bidang tambang batubara. Hingga kuartal I tahun ini sudah memproduksi 3 juta ton batubara dan memiliki aset Rp 9,9 triliun. Menurut Sudarto, sejak go public pada 2002, rata-rata dividen yang dibagi lebih dari 50 persen dari keuntungan.
Saat pertama melantai di bursa, sahamnya dinilai seharga Rp 575. Pada Penutupan perdagangan 17 juni lalu, sahamnya sudah mencapai Rp 20.800.
Per 31 Maret, 65,02 persen sahamnya dimiliki oleh negara, investor lokal memiliki andil 14,16 persen dan asing 20,83 persen.
M. NUR ROCHMI