TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menggandeng 14 perusahaan multinasional untuk membantu meningkatkan produktivitas sektor pertanian guna menjamin ketahanan pangan nasional. Kerja sama tersebut akan dilaksanakan dengan skema Private Public Partnership (PPP).
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menargetkan kerja sama tersebut dapat meningkatkan produktivitas pertanian, menurunkan emisi karbon, dan menambah penghasilan petani masing-masing sebanyak 20 persen. “Telah terjadi kesepakatan di World Economic Forum bahwa program ini akan diterapkan di Indonesia,” kata Hatta di Jakarta pada Minggu siang, 12 Juni 2011.
Namun, ia belum dapat memerinci berapa total nilai investasi yang akan digelontorkan perusahaan-perusahaan tersebut di Indonesia. Hatta mengatakan bahwa kerja sama tersebut tak hanya membantu produksi pangan di tingkat hulu, tapi juga di hilir. Beberapa perusahaan yang terlibat berencana membangun pabrik di Indonesia untuk membeli hasil produksi. “Nilai tambah di Indonesia adalah adanya hilirisasi,” kata Hatta.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan peran perusahaan tersebut akan hadir di tiap sisi rantai produksi, baik hulu maupun hilir. Baik dalam bekerja untuk meningkatkan produksi, menurunkan emisi, maupun meningkatkan penghasilan petani. “Ini bukan Corporate Social Responsibility, tapi rantai perdagangan,” ujarnya.
Bayu mengatakan pembicaraan konkret program tersebut akan dilaksanakan pada 1 Juli mendatang. Sementara, peningkatan produksi sebanyak 20 persen, kata Bayu, akan tercapai pada 2014.
Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kerja sama ini antara lain Nestle, Sinarmas, Unilever, Cargill, Dupont, Monsanto, Metro, Mckenzie, ADM, Indofood, Swiss RE, Bungee, dan Sygenta.
Chief Executive Officer Nestle untuk Indonesia, Arshad Chaudry, menerangkan bahwa terkait program ini Nestle akan membangun pabrik baru di Karawang. “Investasinya US$ 100 juta,” kata Arshad. Ia mengatakan bahwa Nestle akan terlibat dalam peningkatan produksi kokoa di Sulawesi, juga susu di Jawa Tengah.
Presiden Komisioner PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Franky Widjaja, mengatakan Sinarmas akan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 250 juta untuk program peningkatan produktivitas tersebut. “Crude Palm Oil rata-rata 3,8 ton per hektare bisa menjadi 4,7-6 ton per hektare,” ujarnya.
ANANDA BADUDU