TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia dapat menghemat hingga US$ 1 miliar atau setara Rp 8,5 triliun jika konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sepeda motor diganti dengan gas. Konversi BBM ke gas dapat diuji coba jika konversi minyak tanah ke LPG berhasil.
"Karena ini bisa menghemat anggaran negara sangat besar," kata bekas Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), M. Nur Adib, dalam "Seminar Nasional Konversi Mitan-LPG" di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa, 7 Juni 2011.
Saat ini, jumlah sepeda motor di Pulau Jawa berjumlah 30 juta unit. Jika bahan bakarnya dikonversikan ke bahan bakar gas (BBG) dapat menghemat US$ 1 miliar setahun. Sepeda motor berperan besar dalam menghabisi jatah konsumsi Premium. Namun, peralihan itu tak mudah. "Selama ini terkendala dalam infrastruktur," kata dia.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Tubagus Haryono menyatakan konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 mencapai 25,33 juta kiloliter. Angka ini naik 4,9 persen dari perkiraan volume APBN Perubahan 2011 sebesar 24,16 juta kiloliter.
Perkiraan APBN Perubahan 2011 sendiri naik 4,3 persen dari kuota konsumsi APBN 2011 sebesar 23,15 juta kiloliter. Salah satu penyebab utama kenaikan kuota tersebut adalah naiknya penjualan sepeda motor di sejumlah daerah.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Saryono Hadiwidjoyo, akan mendorong BBG untuk transportasi. Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 soal target bauran energi, porsi gas pada 2025 ditargetkan sebesar 30 persen, sedangkan minyak bumi tinggal 20 persen.
Pada 2006, minyak bumi memiliki porsi 51,6 persen dan gas alam mencapai 28,5 persen. Porsi BBN (bahan bakar nabati) pada 2025 juga lumayan, sekitar 5 persen atau setara BBM, 250 ribu barel per hari.
"Ini peluang yang bagus bagi dunia usaha," kata dia. Dengan peluang ini, menurut Saryono, sektor pertanian akan berkembang, menyerap tenaga kerja, dan berimbas pada perekokomian. "Ini bisa mendorong ekonomi nasional."
NUR ROCHMI