Dari kebutuhan sekitar 250 juta kaki kubik gas per hari, 110 juta kaki kubik gas selama ini dipasok oleh Santos. "Kalau ini berhenti operasi, berarti separuh industri pengguna gas tidak akan jalan," katanya, ketika dihubungi Tempo, Jumat (4/3).
Apalagi, pemerintah hingga saat ini belum memberikan kepastian pengalihan pasokan gas selama penghentian operasi anjungan tersebut. "Padahal kita membutuhkan pegangan kepastian gas untuk pasokan industri," ujar Widjaja.
Menanggapi permohonan industri, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Herawati Legowo menegaskan pemerintah tengah berupaya melakukan perbaikan dengan waktu penyelesaian secepat mungkin. "Yang tadinya diperkirakan butuh dua bulan akan diselesaikan dalam dua minggu," jawabnya.
Namun, penghentian operasi kemungkinan tetap tidak dapat dihindari dan pemerintah juga belum menyiapkan alternatif pasokan gas untuk Jawa Timur saat perbaikan berlangsung nanti.
Presiden dan General Manager Santos Indonesia, Marjolijn Wajong, menjelaskan hasil inspeksi rutin pada anjungan jack-up Maleo yang disewa Santos menunjukkan perlu dilakukan perbaikan pada fasilitas produksi bergerak atau mobile oil production unit (MOPU).
Perbaikan itu rencananya dilaksanakan antara April-Juni 2011. "Dalam tenggang waktu tersebut terdapat kemungkinan penghentian operasi sementara sekitar 15 hari untuk memastikan upaya perbaikan berjalan dengan aman dan efisien," ujar Marjolijn, dalam keterangan tertulisnya.
Santos masih berkoordinasi dengan Badan Pelaksana Hulu Migas (BP Migas) untuk meminimalkan kemungkinan penghentian operasi. Pengerjaan perbaikan tersebut diharapkan tidak berdampak secara material pada produksi Santos pada 2011.
Lapangan Maleo yang berlokasi di wilayah Kabupaten Sumenep terebut tercatat mampu memproduksi gas sejumlah rata-rata 120 juta meter kaki kubik per hari yang diserap oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk dimanfaatkan berbagai industri di Jawa Timur.
GUSTIDHA BUDIARTIE