Untuk menjamin terserapnya beras dalam negeri, dia berharap Bulog bisa menjalankan fungsi komersialnya sehingga tidak terpatok pada harga pembelian pemerintah dan kualitas gabah yang dihasilkan petani. "Bulog pada 2010 tidak berhasil melakukan pengadaan dalam negeri karena saat panen raya kualitas gabah di bawah standar yang ditetapkan, sementara pada saat kualitas gabah bagus harganya diatas HPP, sehingga tidak bisa dibeli Bulog," katanya.
Selain mengandalkan Bulog memaksimalkan fungsi komersialnya utnuk menyerap beras dalam negeri, Kementerian Pertanian juga telah melakukan beberapa antisipasi. Salah satunya mengoptimalkan pengeringan gabah dengan alat bantu dryer (pengering), agar kualitas gabah yang dihasilkan saat panen berkualitas bagus. Kementerian Pertanian menjanjikan 1.000 dryer akan diberikan kepada petani yang ditempatkan di daerah-daerah sentra produksi padi.
Untuk penggunaan bibit yang adaptif terhadap perubahan iklim, lanjut Suswono, selama ini pemerintah sudah menggunakan 3 jenis bibit. Ketiganya adalah inpara yang tahan terhadap genangan air, inpago yang cocok untuk di daerah kering, dan bibit inpari 13 yang tahan hama wereng. “Itu salah satu upaya kami untuk adaptasi terhadap perubahan iklim sehingga tidak ada lahan yang tidak bisa ditanam karena sudah ada varietas yg cocok,” ujarnya.
Suswono mengaku selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui perubahan iklim sepanjang tahun yang bisa berpengaruh pada musim tanam petani. Menurut dia, BMKG memprediksi hingga Mei mendatang, cuaca masih didominasi oleh hujan. “Tentu saja kami upayakan pengamanan pangan, termasuk pemberantasan hama,” katanya.
ROSALINA