Direktur Utama Bukit Asam Sukrisno memisalkan, perusahaannya bisa memberikan harga Rp 6.000 kepada PLN jika pemasok lain memberikan harga Rp 8.000. “Beda boleh saja, tapi jangan sampai kami terlalu murah,” kata Sukrisno di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (31/01).
Hingga kini Bukit Asam menunggu hasil negosiasi antara PLN dengan pemasok lain, yang sesuai target tuntas akhir Februari ini. Sukrisno enggan membeberkan besaran harga yang diminta Bukit Asam. Namun, ia berkilah, sebagai penjual sangat wajar meminta lebih mahal sesuai harga pasar dunia.
Sejak Oktober tahun lalu harga batu bara dunia terus melonjak. Harga batu bara acuan yang tiap bulan diterbitkan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara telah menyentuh US$ 103,41 per ton mulai Desember 2010. Harga acuan tersebut naik lagi pada Januari 2011 menjadi US$ 112,41 per ton.
Sementara itu, sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumbe Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010, Harga Batu Bara Acuan rata-rata kuartal IV-2010 mencapai US$ 92,68 per metrik ton. Lebih dari separuh produksi batu bara Bukit Asam dipasok untuk perusahaan setrum pelat merah itu pada tahun ini.
Pekan lalu, dalam Rapat Panitia Kerja Komisi Energi, Direktur Energi Primer PLN Nur Pamuji mengatakan belum ada kesepakatan harga antara PLN dan pemasok. PLN tetap berkukuh dengan harga penawaran sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010.
Sebagai pembeli, kata Sukrisno, hal yang wajar jika PLN meminta harga yang lebih murah. Tapi, dia akan memprotes pemerintah jika harga yang diberikan oleh PLN kepada Bukit Asam jauh lebih murah ketimbang harga yang diberikan kepada para pemasok lain.
Apalagi kondisi akses jalan dari tambang ke pelabuhan antara satu pemasok dengan pemasok lain berbeda-beda. Sehingga beban produksi juga berbeda. “Pemasok lain mungkin dekat ke pelabuhan, tapi Bukti Asam bisa mencapai 400 kilometer. Harga bisa beda-beda, tapi jangan terlalu murah,” ujar Sukrisno.
MUHAMMAD TAUFIK