Siti Ruqayah, 40, perajin tenun ikat d Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri mengatakan kenaikan harga jual kain tenun ini tak lagi bisa dihindari. Kenaikan harga kapas dunia telah memicu kenaikan harga beli benang dalam negeri. “Naiknya mencapai 30 persen,” kata Siti kepada Tempo, Selasa (14/12).
Kenaikan harga benang ini menurut Siti sudah terasa usai Lebaran lalu. Untuk satu karung benang yang sebelumnya seharga Rp 5 juta kini melonjak menjadi Rp 6,5 juta. Benang-benang tersebut merupakan bahan baku utama perajin tenun ikat yang banyak tersebar di Kelurahan Bandar Kidul. Selanjutnya benang itu dipintal menjadi kain untuk diolah menjadi pakaian dan sarung.
Saat ini harga benang jenis Misris yang menjadi bahan dasar pembuatan baju telah mencapai Rp 650 ribu per pak. Sedangkan kain jenis gloyor yang dipintal menjadi sarung mencapai Rp 270 ribu per pak.
Kenaikan harga jual produk tenun ikat ini disesuaikan dengan jenis benang yang dipergunakan. Untuk kain jenis Misris yang dipintal menjadi pakaian naik dari Rp 105.000 per meter menjadi Rp 115 ribu per potong. Sedangkan kain jenis sutra naik dari Rp 175 ribu menjadi Rp 190 ribu.
Siti Ruqayah berharap kenaikan harga jual produk tenun ini bisa dipahami konsumen. Sebab tak sedikit konsumen yang mengeluh akibat kenaikan tersebut. Sementara di satu sisi Siti Roqayah tak memiliki jalan lain selain membebankan kenaikan harga kapas tersebut pada pembeli. “Mudah-mudahan kenaikan ini tak merembet pada zat warna,” kata Siti yang menjelaskan jika saat ini bahan tersebut masih berkisar Rp 300 ribu per kilogram.
Dengan kondisi yang serba sulit ini, Siti Roqayah masih bisa mempertahankan 47 pekerjanya dan menjaga operasional 23 mesin alat tenun bukan mesin (ATBM) miliknya. Dalam sehari rumah produksinya bisa menghasilkan 25 potong produk, dengan perhitungan satu karung benang bisa dipintal menjadi 21 sarung.
HARI TRI WASONO