Tanda serangan virus yellow head, warna tubuh udang memucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan sehingga nafsu makan terhenti. Sedangkan virus white spot menyebabkan udang lemah dan mengalami infeksi secara sitemik.
Menurut Iskak, akibat banyaknya udang yang mati, jumlah produksi setiap hektare tambak hanya dua kwintal. Padahal, biasanya bisa mencapai sekitar tujuh kwintal sampai satu ton.
Serangan virus tersebut terjadi karena rendahnya kwalitas air yang mengalir ke tambak. Petani udang berharap bantuan alat untuk netralisasi air untuk menangkal virus mematikan tersebut.
Iskak juga menjelaskan, kondisi diperparah akibat air buangan yang seharusnya dialirkan ke luar tambak kembali lagi ke dalam tambak. Hal ini terjadi karena saluran irigasi tidak berfungsi secara optimal akibat terjadinya pendangkalan arus sungai.
Kepala Bidang Sumber Daya Hayati Dinas Pengairan Sidoarjo Muhammad Bachuri Aryawan mengatakan, sekitar 30 persen dari saluran air irigasi tambak udang sepanjang 422 kilometer mengalami pendangkalan. Untuk normalisasi saluran sungai tersebut Dinas Pengairan menganggarkan dana senilai Rp 4 miliar. "Proyek normalisasi sungai masih dikerjakan," ujarnya.
Sentra budidaya udang windu di Sidoarjo tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Jabon, Porong, Tanggulangin, Candi, Kota Sidoarjo, Buduran, Sedati, dan Kecamatan Waru. Total luas tambak sekitar 15.350 hektare. Selain tongkol, udang windu merupakan komoditas utama yang diandalkan Kabupaten Sidoarjo. EKO WIDIANTO.