Julian Iskandar Muda, Environment Officer Pertamina, mengatakan program uji emisi gratis ini rutin diadakan setiap enam bulan sekali. Untuk periode Juni 2010, Pertamina menargetkan 6.000 mobil yang diuji emisinya.
Rinciannya 1.000 mobil operasional, karyawan, dan tamu Pertamina; 1.000 mobil operasional media; serta 4.000 angkutan umum. Pengendara yang ingin mobilnya diuji emisinya bisa langsung datang ke kantor pusat Pertamina pada 23-25 Juni pukul 07.00-16.00.
Selain itu, pada 28 Juni-1 Juli Pertamina juga berencana mengadakan program serupa di lima terminal di Jakarta pada jam yang sama. Kelima terminal itu: Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Tanjung Priok, Kalideres, dan Pulogadung.
Targetnya adalah angkutan umum berbahan bakar bensin. "Untuk bus kami belum tahu. Apakah bengkel yang menjadi rekanan kami memiliki alat untuk (kendaraan berbahan bakar) solar," ujar Julian.
Dalam uji emisi, parameter utama yang diukur ada dua: CO (karbon monoksida) dan HC (hidrokarbon). Untuk mobil yang dibuat sebelum 2007, baku mutu CO adalah 3 persen dan HC 700 ppm. Sedangkan untuk mobil yang dibuat tahun 2007 ke atas, baku mutu CO adalah 15 persen dan HC 200 ppm.
Mobil yang memenuhi baku mutu ditempeli stiker Tanda Lulus Uji Emisi (TLUE) di pojok kiri atas. Sedangkan yang tidak, apabila kerusakannya dinilai tidak terlalu parah, bisa langsung diservis di lokasi.
Bambang, wakil dari Bengkel Nawilis yang menjadi rekanan Pertamina, memaparkan biaya untuk menguji satu mobil antara Rp 120-150 ribu, sedangkan biaya untuk menservis yang kerusakannya dinilai tidak terlalu parah sekitar Rp 50 ribu.
"Kalau rusaknya parah kami tidak sanggup, biayanya bisa besar sekali," katanya. Tahun ini, Pertamina mengalokasikan 2 persen dari keuntungannya untuk program CSR. Sebanyak Rp 48 miliar di antaranya khusus untuk program CSR di bidang lingkungan.
ADISTI DINI INDRESWARI