PLTU Sumsel 6 yang merupakan proyek pembangkit listrik swasta atau independent power producer (IPP) ini diprediksi membutuhkan US$ 750 juta atau sekitar Rp 6,77 triliun. "Karena proyek ini melibatkan modal besar, titik berat PLN adalah investor dengan kemampuan pendanaan kuat," ujar Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN, Murtaqi Syamsuddin di Jakarta, Kamis (29/4).
Murtaqi menjelaskan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari investor yang membentuk konsorsium minimal 40 persen dari nilai proyek. Konsorsium dibentuk maksimal oleh empat perusahaan, dimana salah satu perusahaan konsorsium telah memiliki izin usaha pertambangan yang berlaku minimal sepuluh tahun ke depan.
Melihat banyaknya kasus proyek listrik swasta yang mandeg karena pendanaan, PLN akan meminta pemenang tender membentuk rekening penampung sementara atau escrow account. "Besarnya cukup untuk membayar pembebasan tanah dan pembiayaan studi engineering proyek," ujar Murtaqi.
PLN mengharapkan dengan berdirinya PLTU Mulut Tambang diharapkan biaya pembangkitan akan lebih efisien karena tidak terkena biaya transportasi akibat alokasi pembangkit dekat dengan tambang. "Diharapkan bisa menurunkan biaya produksi listrik secara signifikan," katanya.
PLTU Mulut Tambang merupakan pembangkit berkapasitas 2x300 megawatt dan dibangun dalam radius 50 kilometer dari rencana gardu induk Muara Enim, Sumatera Selatan. Jual beli listrik dilaksanakan selama 25 tahun. PLTU Sumsel 6 ditargetkan beroperasi secara komersial mulai 2014, dan menjadi bagian dari lima PLTU Mulut Tambang.
PLTU Sumsel 6 bertujuan memperkuat pasokan listrik di Sumatera, karena akan dihubungkan pada Gardu Induk Muara Enim yang dihubungkan dengan backbone Sumatera. Gardu Induk Muara Enim ke depannya dipersiapkan untuk dihubungkan dengan backbone Jawa sebesar 500 megawatt. "Tapi itu nanti. Saat ini tujuan utamanya memperkuat Sumatera dulu," ujarnya.
Keempat PLTU lainnya akan segera ditender pada Mei mendatang. Pertengahan Mei akan dibuka tender untuk PLTU Sumsel 5 (2x150 megawatt) dan PLTU Riau (2x300 megawatt), sementara di akhir Mei nanti akan dibuka tender untuk PLTU Sumsel 7 (2x150 megawatt) dan PLTU Sumbar I (2x100 megawatt). Total kapasitas untuk proyek listrik sawsta Mulut Tambang ini mencapai 2.000 megawatt.
Kebutuhan listrik Sumatera saat ini, menurut Murtaqi, tergolong pas-pasan. Beban puncak listrik Sumatera sekitar 3.750 megawatt, sementara pasokan listrik 4.038 megawatt. "Padahal idealnya cadangan listrik mencapai 30 persen dari beban puncak," tutur Murtaqi.
RATNANING ASIH