TEMPO Interaktif, Jakarta - A Tony Prasetiantono, kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk, mengatakan peluang terjadinya inflasi dan deflasi cukup berimbang pada bulan lalu . "Tapi saya duga angkanya kecil. Jika inflasi paling 0,1 persen, sebaliknya jika deflasi juga paling -0,1," katanya.
Menurut dia, penurunan harga makanan, pasokan yg terjamin, dan kurs rupiah yang stabil dan cenderung menguat, merupakan faktor-faktor yg menjaga stabilitas harga, atau inflasi rendah. "Saya cenderung perkirakan inflasi 0- 0,1 persen, meski tak menutup kemungkinan terjadinya deflasi kecil, minus 0,1 persen," ujar Tony.
Kamis siang ini, Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, akan mengumumkan kinerja ekonomi pemerintah selama bulan lalu. Termasuk di dalamnya, antara lain tingkat angka inflasi/deflasi, pertumbuhan ekspor dan impor selama Februari, serta pertumbuhan sektor industri dan pertanian.
Adapun menurut perhitungan Bank Indonesia inflasi akan rendah, yaitu dari O,O7 persen (month to month), 1,21 persen (year to date), dan 3,65 persen (year on year). "Sudah memperhitungkan deflasi harga beras 0,02 persen dan sumbangan inflasi lain. Tekanan inflasi belum signifikan hingga semester 1 2010." ujar Perry Warjiyo, Direktur Direktorat Pengendalian Moneter dan Pengelolaan Devisa beberapa waktu lalu.
Perhitungan inflasi tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia melalui survei harga mingguan. Survei ini bertujuan mendeteksi kecenderungan inflasi pada minggu atau bulan tertentu. Survei dilakukan di 14 kota pada 40 komoditas atau sebesar 67 persen dari inflasi yang dipantau oleh Biro Pusat Statistik.
Pada Februari 2010 terjadi inflasi 0,30 persen. Inflasi terjadi karena kenaikan harga pada kelompok bahan makanan 0,86 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,40 persen. Adapun laju inflasi tahun kalender (Januari-Februari) mencapai 1,14 persen dan laju inflasi year on year (Februari 2010 terhadap Februari 2009) sebesar 3,81 persen.
BOBBY CHANDRA