TEMPO Interaktif, Jakarta - Merosotnya Indeks Tendensi Bisnis tahun lalu semata-mata akibat krisis yang menyebabkan permintaan global turun. Aktivitas bisnis pun secara umum ikut turun. Tapi, dia menilai kondisi industri saat ini sudah jauh lebih baik menyusul mulai masuknya barang modal.
“Mungkin baru satu atau dua kuartal lagi semua bisa kembali ke trek normal,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu, usai rapat pimpinan Kementerian Keuangan di Kantor Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Jakarta, Rabu (10/2).
Badan Pusat Statistik pada Rabu (10/2) ini melaporkan kinerja perekonomian tahun lalu. Hasilnya, produk domestik bruto 2009 meningkat sebesar 4,5 persen ketimbang 2008. Meski demikian, Indeks Tendensi Bisnis yang menggambarkan optimisme bisnis di dalam negeri turun dari 112,86 menjadi 108,45.
Anggito mengatakan, industri dalam negeri sebenarnya sudah dalam tren peningkatan sejak kuartal IV-2009 meski masih di bawah normal. Tapi, kondisi industri saat ini sudah jauh lebih baik menyusul mulai masuknya barang modal. Kondisi itu akan diikuti dengan masuknya investasi yang diperkirakan baru terealisasi dalam satu atau dua kuartal mendatang.
Sebab itu, dia tetap yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap bisa dikelola hingga mencapai target 5,5 persen. “Syukur-syukur bisa lebih,” ujarnya. Untuk mencapai target itu pemerintah saat ini fokus untuk menjaga konsumsi rumah tangga. Selama ini konsumsi domestik memang menjadi tiang utama perekonomian. Artinya, inflasi harus dijaga di level yang rendah.
Indeks Tendensi Bisnis merupakan indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia.
Survei tersebut dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB Triwulan IV-2009 sebanyak 2.400 perusahaan besar dan sedang, dengan responden pimpinan perusahaan.
AGOENG WIJAYA | RIEKA RAHADIANA