Ia mengatakan ExxonMobil telah mengajukan kenaikan anggaran itu dari US $ 1,1 miliar jadi US $ 3 miliar. Menurut Priyo, pembengkakan itu terjadi karena fluktuasi harga minyak dan material untuk membuat fasilitas produksi. "Audit ini akan dilakukan Badan Pelaksana terlebih dahulu, baru Badan Pemeriksa Keuangan," katanya Priyono.
Sementara kegiatan operasi ExxonMobil memiliki produksi awal 20 ribu barel per hari dan produksi penuh 165 ribu barel. Soal produksi awal yang belum capai target, Priyono mengatakan kilang swasta nasional milik Tri Wahana Utama baru siap menerima enam ribu barel minyak per hari pada pertengahan Desember 2009.
"Saat ini kilang sedang uji coba ulang karena terjadi kebakaran minggu lalu," ujarnya. Pemerintah, lanjut Priyono, akan terus mengawasi produksi awal agar sesuai dengan target. Selain itu, pihaknya juga terus memantau rencana pengubahan perjanjian kerja sama Blok Cepu antara ExxonMobil dan Pertamina.
Menurutnya, telah tercapai titik terang untuk pengubahan perjanjian itu. ExxonMobil bersedia untuk lebih komunikatif dalam pengembangan lapangan gas Jimbaran dan Alas Dara. Rencana pengubahan perjanjian kerja sama atau joint operation agreement mengemuka karena ExxonMobil tidak berhasil memenuhi target produksi awal.
Harusnya produksi itu mulai pada Desember tahun lalu, tapi diundur setahun kemudian. Priyono sebelumnya mengatakan perjanjian tersebut sangat merugikan Pertamina, selaku partner pengembang Blok Cepu. Pertamina tidak pernah dilibatkan dalam hal pengambilan keputusan kegiatan operasional di blok itu.
SORTA TOBING