Yusuf yang juga pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu mengatakan pemerintah mesti fokus di sektor pertanian dalam memberdayakan ekonomi rakyat karena masih menjadi tumpuan 28,4 juta rumah tangga di seluruh Indonesia. Namun, dalam 10 tahun terakhir, jumlah petani gurem atau yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar justru bertambah.
Ia mengatakan jumlah petani gurem bertambah dari 14,25 juta rumah tangga pada 2013 menjadi 16,89 juta rumah tangga pada 2023. “Fokus utama pemberdayaan ekonomi rakyat seharusnya adalah di sektor pertanian,” kata dia.
Sementara itu, ia mengatakan pemerintah juga mesti fokus dalam menciptakan lapangan kerja formal yang berkualitas karena semakin terbatas. Dalam dekade terakhir, kata dia, daya saing industri padat karya semakin melemah.
“Bahkan kini telah terjadi gelombang PHK massal seiring tutupnya pabrik-pabrik tekstil hingga alas kaki,” kata dia.
Menurut dia kondisi ini karena investasi yang masuk ke Indonesia lebih banyak mengalir ke sektor ekstraktif seperti hilirisasi tambang. Padahal sektor ini padat modal dan minim menyerap tenaga kerja.
Dia mencontohkan, pada 2013 setiap Rp1 triliun investasi bisa menyerap 4.594 tenaga kerja. Namun, pada 2023 setiap Rp1 triliun hanya mampu menyerap 1.285 tenaga kerja. “Kita harus mendorong industrialisasi, bukan hilirisasi tambang,” kata Yusuf.
Karena itu, kata dia, lemahnya pemberdayaan ekonomi rakyat dan penciptaan lapangan kerja dalam 10 tahun terakhir membuat lambat penanggulangan kemiskinan.
Dia berharap Prabowo bisa menunjukkan keberpihakannya pada masyarakat miskin dengan mendorong kebijakan afirmatif. Cara ini bisa memberdayakan rakyat miskin, membuka akses pada kapital. “Tidak seharusnya penanggulangan kemiskinan diselesaikan secara sederhana hanya dengan pemberian bansos,” kata dia.
Selain itu, Yusuf juga berharap Prabowo mengambil langka untuk mereforma aset, terutama reforma agraria. Menurut dia, aset produksi sangat penting bagi rakyat. “Karena tanah adalah aset produksi terpenting bagi rakyat miskin dimana mereka menggantungkan penghidupan mereka,” kata dia.
Pilihan Editor: Budiman Sudjatmiko Ditunjuk Prabowo jadi Kepala Badan Pengentasan Kemiskinan, Bagaimana Nasib Bukit Algoritma?