Adapun, tiga sentimen utama yang dikatakan memengaruhi pasar pekan lalu, yakni penundaan stimulus tambahan oleh pemerintah Cina, inflasi tahunan Amerika Serikat pada September, dan inflasi harga produsen (PPI) bulanan AS di bulan yang sama.
PPI bulanan AS pada September lalu tercatat tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi penurunan pada harga bensin. Capaian bulan ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,2 persen. Indikator tersebut juga menjadi faktor yang digunakan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) dalam pertimbangan keputusan suku bunga acuannya.
Sentimen selanjutnya adalah data inflasi tahunan AS pada September. Inflasi tahunan AS pada September tercatat mengalami penurunan ke level 2,4 persen. Capaian ini lebih rendah dari bulan sebelumnya, yaitu 2,5 persen, namun di atas konsensusnya yang sebesar 2,3 persen.
Untuk potensi pasar sepekan ke depan pada 14-18 Oktober 2024, Dimas mengimbau para trader memantau tiga sentimen, yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan ini, penjualan ritel bulanan AS di bulan September, dan dana aliran asing ke IHSG.
BI, yang akan merampungkan RDG pada 16 Oktober mendatang, diperkirakan bakal kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 5,75 persen. Kemudian, sentimen kedua yaitu penjualan ritel bulanan AS menggambarkan daya beli masyarakat di sana, sehingga menjadi perhatian bagi pelaku pasar.
Untuk sentimen ketiga, yakni aliran dana asing ke IHSG, Dimas menyebut sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan outflow dari IHSG sebesar Rp2,3 triliun di pasar reguler. Nominal ini menurun dibandingkan periode yang sama pada pekan sebelumnya, yaitu outflow sebesar Rp4,5 triliun di pasar reguler.
Selanjutnya: Melihat kondisi tersebut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan....