Hartadi mengatakan, alasan perbankan yang "pelit" menurunkan suku bunga bisa dimengerti. Sebabnya, saat ini ada anggapan perekonomian Indonesia masih belum terlalu pasti. Sehingga perbankan masih ragu untuk menurunkan suku bunga kredit maupun suku bunga deposito. Namun, bank juga berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Jika tidak berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, maka yang dirugikan bukan hanya perbankan tapi para deposan.
Saat ini Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate hingga 3 persen dari 9,5 persen menjadi 6,5 persen. Kalkulasi risiko perekonomian Indonesia tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. “Risiko tidak terlalu besar, makanya bank juga harus berani menurunkan suku bunganya,” ucap Hartadi. Ia mengimbau kepada ke-15 tersebut untuk segera menurunkan suku bunga, termasuk bank asing yang dinilai lebih baik dalam menghitung kalkulasi risiko perbankan.
Selain perbankan, pembiayaan kegiatan ekonomi juga dari pasar modal. Bursa saat ini sudah cukup baik yang dimotori oleh membaiknya transaksi di bursa asing. “Sektor tambang masih diminati investor asing,” katanya. Hartadi berharap, antara investor asing dengan investor lokal saling bersinergi. Sebab perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi pada tahun depan dibandingkan tahun ini.
ARIS ANDRIANTO