TEMPO Interaktif, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan bukti kereta ekonomi yang diseruduk oleh kereta Pakuan Ekspres di Pondok Rumput, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, Selasa kemarin, berhenti akibat penarikan tuas rem darurat (emergency brake). Dari delapan gerbong yang ada, rem darurat yang diduga ditarik oleh penumpang iseng itu berada di gerbong ke lima dari depan.
"Jadi KA 549 (Kereta Ekonomi) bukan mogok, justru berhenti sebagai prosedur pengamanan karena ada penarikan sinyal bahaya (rem darurat)," kata Investigator KNKT Mumuh, saat menjelaskan hasil temuan lapangan di Kantor KNKT, Jakarta, Rabu (5/8). Hanya, siapa penumpang penarik tuas rem darurat tersebut kemungkinan bakal sulit ditemukan.
Setelah berhenti, Supangat, masinis kereta ekonomi jurusan Bogor-Jakarta, turun dari kereta untuk mengganjal roda kereta menggunakan stop block, sehingga belum sempat melaporkan kejadian itu. Pengganjalan berfungsi untuk menjaga kereta agar tidak meluncur, karena berhenti di lokasi yang permukaannya menurun.
Sesaat sesudah pengganjalan, tiba-tiba kereta ekonomi ini dihantam kereta Pakuan Ekspres yang berjalan dari arah Bogor menuju Jakarta. Berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan, diperkirakan kereta Pakuan Ekspres yang dimasinisi Ujas itu melaju dengan kecepatan tinggi, yaitu sekitar 50-60 kilometer per jam.
Jarak kedua kereta ini pun memang cukup dekat, sekitar tiga sampai lima menit. Meski begitu, ketika Pakuan Ekspres berangkat dari Bogor, aspek sinyal sudah menunjukkan warna kuning. "Artinya KA 221 (Pakuan Ekspres) harus hati-hati dengan kecepatan maksimal 45 kilometer per jam," ujar Mumuh.
Menurutnya, sinyal kuning itu juga menunjukkan adanya sinyal merah di blok berikutnya, akibat ada kereta berhenti. Sehingga, seharusnya masinis Pakuan Ekspres menghentikan keretanya pada sinyal merah yang berada di blok B 206, yang berjarak sekitar 800 meter dari kereta ekonomi. "Tapi, masinis justru tidak berhenti sama sekali," katanya.
Atas tindakan itu, KNKT akan mewawancarai Ujas untuk mencari bukti dan memastikan adanya pelanggaran sinyal yang dilakukan masinis Pakuan Ekspres tersebut. Hanya, sampai sekarang wawancara belum bisa dilakukan karena sang masinis masih dirawat di rumah sakit. "Sehingga, dugaan awal kami penyebabnya adalah human error," ujar Mumuh.
Ketua KNKT Tatang Kurniadi berpendapat senada, bahwa sistem persinyalan kereta api tidak ada masalah pada saat itu. Kereta api yang beroperasi pun dalam kondisi baik dan laik jalan. "Jadi, kuncinya ada pada masinis Pakuan Ekspres (Ujas)," kata Tatang kepada Tempo, di gedung Departemen Perhubungan, Jakarta.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan menyatakan insiden tabrakan terjadi akibat pelanggaran sinyal oleh kereta Pakuan Ekspres. PT Kereta Api dan PT KAI Commuter Jabodetabek sebagai operator kedua kereta yang bertabrakan tersebut juga dituding kurang peduli dengan keselamatan.
Akibatnya, ia langsung mengeluarkan teguran keras kepada PT Kereta Api dan PT KAI Commuter Jabodetabek. "Sebab insiden ini merupakan yang kedua kalinya di tempat yang sama," kata Tundjung, di ruang kerjanya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa ke depannya, Direktorat Jenderal Perkeretaapian berencana meberikan psikotes terhadap para masinis dan Petugas Pemberangkatan Kereta Api (PPKA). "Sebab, selama ini kejadian kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia," ujar dia.
WAHYUDIN FAHMI