TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana akan membatasi penggunaan BBM bersubsidi, yakni Pertalite mulai 17 Agustus 2024. Kebijakan ini telah didukung dan disampaikan oleh salah satu Menteri, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa, 9 Juli 2024.
Melalui unggahan di akun Instagram resminya, Luhut menyatakan pembatasan kali ini agar Bahan Bakar Minyak atau BBM bersubsidi tepat sasaran.
"Orang yang tidak berhak dapat subsidi bisa kita kurangi," kata Luhut, dikutip dari Instagaram @luhut.pandjaitan.
Rencana soal pembatasan ini kemudian diupayakan pemerintah melalui opsi mengganti pertalite dengan BBM baru bernama Green 92. Pemerintah diketahui telah melakukan pematangan model BBM baru ini agar bisa segera dinikmati oleh masyarakat. Pergantian ini menjadi bagian dari program Langit Biru yang digarap oleh Pertamina. Wacana ini telah ada sejak lama, kali ini ada beberapa sinyal jika BBM baru ini akan segera didistribusikan.
Lebih Rinci Pertamax Green 92
Green 92 sejatinya bagian dari BBM pertamax yang dikenalkan pertamina. Pertamax Green 92 diciptakan dengan meningkatkan kadar oktan dengan cara mencampur Pertalite (RON 90) dengan bioenergy, Etanol sebesar 7 persen (E7). Bioenergi ini merupakan energi terbarukan yang sudah teruji oleh WWFC (Worldwide Fuel Charter).
Ada beberapa kandungan dalam pertamax Green 92 ini yang patut jadi perhatian, yaitu etanol. Etanol disini dihasilkan dari proses molases tebu dan menjadi bahan bakar nabati yang terbarukan. Itulah sebab, Pertamina menamakannya sebagai Pertamax Green 92. Green 92 kemudian diklaim menjadi salah satu langkah untuk menurunkan emisi karbon dan menghasilkan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Menurut klaim pemerintah Green 92 memiliki banyak keuntungan yang lebih baik daripada pertalite. Dikutip dari berbagai sumber berikut keistimewaan BBM baru ini:
1. Lebih Ramah Lingkungan
Pertamax Green 92 dinilai lebih ramah lingkungan karena terdapat etanol dalam bahan campurannya. Etanol disini disebut diperoleh dari tebu yang pastinya lebih ramah lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkan bisa ditekan. Bahan nabati ini menjadi inovasi untuk mengurangi bahan tak terbarukan yang kian lama pastinya menyumbang emisi karbon lebih banyak. Mengurangi emisi karbon menjadi langkah pemerintah pastinya untuk mencoba beralih ke bahan bakar yang ramah lingkungan sesuai komitmen yang tertuang pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P20/Menlhk/Setjen/Kum1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang.
2. Tingkat Oktan dan Kualitas
Seperti yang sudah dijelaskan Green 92 telah dikembangkan dengan ditingkatkan bilangan oktannya lebih tinggi dari pertalite. Pertamax Green 92 dikembangkan dari RON (Research Octane Number) 90 yang dengan tambahan 7% etanol. Campuran etanol meningkatkan menjadi RON 92 yang membuat mesin dapat beroperasi lebih efisien dan meminimalkan risiko kerusakan.
3. Lebih Hemat
Nilai oktan dalam BBM menjadi faktor penentu kinerja bahan bakar terhadap mesin bermotor. Jika nilai oktan tinggi akan memungkinkan kendaraan untuk tidak memerlukan banyak tambahan bahan bakar. Artinya bahan bakar dengan nilai oktan lebih tinggi akan lebih hemat. Jika pertalite memiliki nilai RON 90 maka Pertamax Green 92 – seperti namanya memiliki nilai oktan 92. Campuran dari pertalite dan etanol.
4. Mesin Lebih Bersih
Penggunaan nilai oktan yang lebih tinggi lebih ringan jika bertemu dengan mesin. Artinya mesin dapat bekerja dengan lebih bersih dan polusi yang dihasilkan juga tidak sebanyak Pertalite (BBM bersubsidi). Hal ini juga karena pemerintah ingin mengembangkan energi yang lebih ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbon.
SAVINA RIZKY HAMIDA | MICHELE GABRIELLA MOMOLE| FANI RAMADHANI
Pilihan editor: Serba-serbi BBM Bersubsidi dan Aturannya