Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, memperkirakan mata uang rupiah masih akan terus melemah. Menurut Arianto, proyeksi bahwa rupiah bisa tembus Rp 17.000 menjadi skenario terburuk yang berkaitan dengan suku bunga di AS, tingkat permintaan pasar ekspor Indonesia dan ketidakpastian global.
Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia dan kondisi global juga akan memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
Dia menguraikan tiga faktor yang menyebabkan pelemahan mata uang rupiah. Faktor pertama tentu saja penguatan dolar AS yang didorong oleh kebijakan moneter ketat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk meredam inflasi.
Adapun faktor kedua yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah adalah aliran modal asing yang keluar. Hal ini terjadi karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara lain, terutama di negara maju. Faktor ketiga, mengenai ketidakpastian global. "Ketidakpastian global seperti perang di Ukraina dan potensi resesi di beberapa negara maju juga turut menekan nilai tukar rupiah," tuturnya.
ANNISA FEBIOLA
Pilihan Editor: Potensi Budi Daya Kratom, Menteri Pertanian: Tunggu Kepastian Regulasi