TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut kemacetan sudah terjadi di banyak kota. Bukan lagi hanya Jakarta, tetapi Bandung, Surabaya, hingga Balikpapan. Kepala negara pun meminta kepala daerah mengembangkan transportasi massal di wilayahnya. Terlebih, kata Jokowi, saat ini ada opsi kendaraan yang biaya pembangunannya lebih murah ketimbang MRT maupun kereta cepat, yaitu autonomus rail transit (ART) atau kereta otonom.
"Sekarang ada barang baru namanya ART. tidak pakai rel tapi pakai magnet, bisa tiga gerbong atau satu gerbong. Ini jauh lebih murah," kata Jokowi saat meresmikan pembukaan Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Ke-XVII Tahun 2024 di Balikpapan, Selasa, 4 Juni 2024, dipantau melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi tidak membeberkan biaya investasi pengembangan moda transportasi ini. Ia hanya menuturkan, biaya tersebut lebih murah ketimbang biaya pembangunan MRT yang kini mencapai Rp 2,3 triliun per kilometer, LRT Rp 600 miliar per kilometer, serta kereta cepat yang mencapai Rp 780 miliar per kilometer.
Oleh karena itu, Jokowi mendorong kepala daerah yang memiliki kemampuan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk mengembangkan ART. Ia mengatakan, kepala daerah bisa menghubungi Menteri Perhubungan untuk mendapatkan sokongan bantuan.
"Bisa fifty fifty, 50 persen APBN dan 50 persen APBD, misalnya," tutur Jokowi.
Menurut Jokowi, jika transportasi massal tidak mulai dikembangkan, semua kota akan macet dalam 10 hingga 20 tahun mendatang. "Nggak percaya? Kita lihat nanti kalau kota-kota nggak siap dan menyiapkan diri untuk transportasi massal," ujar eks Gubernur Jakarta ini.
Pilihan Editor: Lampu Hijau Jokowi untuk Ormas Keagamaan Kelola Usaha Tambang, Ini Respons PBNU, Muhammadiyah, dan PGI