Permasalahan seperti ini, kata Wibowo mesti diatasi hingga tuntas. Garuda tak bisa hanya mengambil langkah seperti sekarang ini, yakni menggunakan pesawat pengganti. "Kalau sekadar mengambil armada dari tempat atau embarkasi lain, mungkin bisa menyelesaikan pada satu titik, tapi membuka persoalan baru di embarkasi lain untuk pemberangkatan kloter jemaah yang lain."
Dia mengkritisi, pendekatan penyelesaian yang diambil Garuda Indonesia terhadap masalah keterlambatan penerbangan jemaah masih bersifat teknis dan tidak substantif. Dia menduga, bisa jadi maskapai belum mempersiapkan mitigasi yang komprehensif.
Sebelumnya pada 15 Mei lalu, penerbangan pesawat Garuda Indonesia rute Makassar-Madinah terpaksa harus kembali ke bandara asal atau return to base, setelah sempat lepas landas dari Bandara Sultan Hasanudin, Makassar. Kebijakan ini diambil sebagai langkah cepat, guna memitigasi risiko keselamatan dan keamanan operasional pada penerbangan.
Penerbangan tersebut kembali mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar pukul 17.15 LT. Menurut jadwal semestinya, penerbangan dengan armada Boeing 747-400 itu diberangkatkan dari Bandara Sultan Hasanuddin pukul 15:30 LT dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah pukul 21.10 LT.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, penyebab insiden tersebut adalah masalah pada internal mesin. Akan tetapi, penyebab pastinya masih dalam proses pemeriksaan. Pemeriksaan melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia, KNKT Amerika, Boeing, serta Pratt & Whitney selaku produsen mesin pesawat tersebut.
"Saya dapat menyampaikan bahwa confirmed kerusakan tidak disebabkan oleh adanya benda atau barang asing yang berasal dari luar engine masuk ke dalam. Nampaknya sudah confirmed ini disebabkan internal engine tersebut," katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI di Senayan pada 20 Mei 2024 lalu.
Dia menjelaskan, pesawat Garuda GA-1105 itu sudah diinspeksi sebelum disewa untuk penerbangan haji. Ketika berada di Jakarta, pesawat tersebut juga telah melalui beberapa tindakan pemeriksaan.
Sampai hari ini, pesawat tersebut masih dinyatakan belum laik terbang. Oleh sebab itu, Garuda Indonesia masih menggunakan dua pesawat Garuda sebagai pengganti dari pesawat yang rusak tersebut.
Jumlah jemaah yang ditebangkan oleh pesawat Boeing 747-400 sebanyak 450, sementara Garuda tak punya pesawat lain dengan kapasitas 450 penumpang. Oleh sebab itu, maskapai menerbangkan jemaah dengan Boeing 777 dan Airbus, yang masing-masing kapasitasnya 368 dan 242 penumpang.
Hal ini yang akhirnya mengganggu penerbangan lain. Irfan menyebut, 100 penerbangan terganggu imbas insiden percikan api di pesawat calon jemaah haji itu.
Kemenag pun menyesalkan kejadian ini. “Sejak 12 Mei awal penerbangan sekaligus awal muncul masalah, selalu saja alasannya perbaikan mesin, pengecekan moda dan lainnya, sehingga masalah terus berulang. Perlu ada terobosan agar penerbangan jemaah haji Indonesia ke depan sesuai jadwal,” tutur Wibowo.
Pada hari yang sama, Kemenag juga telah menyampaikan surat pernyataan kecewa dan protes keras kepada Garuda. Kemenag minta Garuda Indonesia untuk segera bertindak profesional melakukan perbaikan kinerja, agar masalah penerbangan jemaah haji Indonesia tidak terus berulang. "Penerbangan menjadi satu kesatuan dari proses penyelenggaraan ibadah haji. Keterlambatan penerbangan akan berdampak pada layanan lainnya, termasuk juga pada perasaan jemaah haji Indonesia."
Pada Senin, 20 Mei 2024 lalu, Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie mengungkapkan angka keterlambatan penerbangan calon jemaah haji pada pekan pertama yang terbilang tinggi, terutama oleh Maskapai Garuda Indonesia. Sejak 12 Mei 2024 hingga 20 Mei 2024, ada 152 kloter yang sudah diterbangkan ke Tanah Suci.
“Satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen,” kata Anna dalam keterangan resmi di Jakarta pada Senin.
Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan, ada yang terlambat sampai 3 jam 50 menit. Keterlambatan ini belum termasuk sejumlah penerbangan yang dimintakan reschedule oleh pihak Garuda Indonesia. Kemenag akhirnya menegur Garuda Indonesia terkait hal ini.
"Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan. Kami sudah memberikan teguran tertulis agar ke depan harus diperbaiki,” ujarnya.