TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) tengah ramai mendapatkan sorotan beberapa waktu belakangan. Terlebih sejak insiden percikan api pada mesin pesawat pengangkut jemaah haji dari Makassar pada 15 Mei 2024. Selain itu, permasalahan lain yang disoroti dari Garuda Indonesia adalah harga tiketnya yang dikeluhkan mahal.
Terbaru, keterlambatan kembali terjadi dalam pemberangkatan kloter 41 Embarkasi Solo (SOC-41) pada Kamis, 23 Mei 2024. Keterlambatan ini berimbas terhadap keterlambatan pemberangkatan SOC-42 dan SOC-43. Keterlambatan ini terjadi karena sebab yang sama, yakni kerusakan pada mesin pesawat. Adapun rentang keterlambatannya tercatat 4 hingga 17 jam.
Berulang kali penerbangan haji terlambat
Kementerian Agama (Kemenag) lagi-lagi menegur dan menyurati Garuda. Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo, meminta Garuda Indonesia untuk menyiapkan mitigasi yang menyeluruh agar potensi permasalahan keterlambatan penerbangan jemaah haji Indonesia tak lagi terulang. Alih-alih solusi konkret, menurut Kemenag, Garuda Indonesia hanya punya solusi instan dan parsial untuk menangani masalah keterlambatan penerbangan yang makin tak menentu.
“Garuda Indonesia harus menunjukkan komitmennya mengurai masalah keterlambatan penerbangan yang semakin tidak menentu ini. Butuh mitigasi komprehensif, bukan solusi parsial,” kata Wibowo Prasetyo usai rapat bersama dengan Garuda Indonesia di Asrama Haji Donohudan, Boyolali pada Jumat, 24 Mei 2024 sebagaimana dikutip dalam keterangan resmi.
Berikutnya, Garuda tak bisa hanya mengambil langkah seperti sekarang ini...