TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah saat ini sedang memperhitungkan untuk pengadaan bahan bakar nabati jenis bioetanol. Ini merupakan ambisi pemerintah untuk mengupayakan mengganti bahan bakar fosil dengan bioetanol.
“Ya, tetap subsidi. Lagi kami hitung, supaya begini, targetnya yang kami subsidi adalah orang yang pantas disubsidi,” kata Luhut di acara Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth, Jumat, 3 Mei 2024 di Jakarta.
Dalam keterangan berikutnya, ia menyinggung mengenai kemungkinan penggantian Pertalite dengan bioetanol melalui pencampuran etanol ke Pertalite, Luhut tidak menutup kemungkinan tersebut. “Harus ke sana larinya,” kata dia. Lewat pernyataannya ini banyak yang menganggap jika subsidi pertalite akan dihapus dalam waktu dekat.
Hal tersebut kemudian dibantah PT Pertamina Patra Niaga (Persero) yang memastikan jika pertalite bahan bakar yang disubsidi pemerintah masih tersedia di SPBU. Lewat Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan status Pertalite masih termasuk jenis BBM khusus penugasan atau JBKP.
Artinya, pemerintah masih memberikan kompensasi penugasan untuk pendistribusian. Meski begitu, ia tak menampik jika ada beberapa SPBU yang sudah tidak lagi menjual Pertalite. Sebab, tidak semua SPBU mendapat alokasi BBM. Jumlah SPBU yang tak mendapat alokasi BBM subsidi itu diklaim tak banyak.
BBM yang Pernah Dihapus Pemerintah
Sebelumnya pemerintah diketahui pernah beberapa kali mengeluarkan kebijakan menghapus BBM karena berbagai alasan. Berikut daftarnya:
1. Super dan Super TT
Saat era orde baru, pemerintah Presiden Soeharto pada tahun 1980-an pernah mengeluarkan bensin yang diberinama Super. Super memiliki nilai oktan 95, bisa dibilang setara dengan Pertamax Plus. Kemudian pada 1990-an kandungan oktan ditingkatkan menjadi 98 dan berganti nama menjadi Super TT (Tanpa Timbal). Lahirnya Super TT mengikuti perjanjian internasional yang mewajibkan bensin tanpa timbal, sesuai dengan namanya.
2. BB2L
Pertamina juga pernah merilis bensin BB2L atau Bensin Biru 2 Langkah, dengan nilai oktan 80-85. Sesuai dengan namanya, bensin ini diperuntukkan kendaraan 2-tak. Sayangnya bensin jenis ini mengandung timbal 0,013 gram/liter. Saat itu BBM jenis ini harus dihapus berkat para aktivis lingkungan sangat menentang BBM yang mengandung timbal karena sangat membahaykan kesehatan.
3. Premix
BBM yang pernah dihapus selanjutnya ada Premix singkatan dari Premium Mixture pada awal 1990-an. Premix hadir dengan tambahan zat Methyl Tertier Buthyl Ether (MTBE) dengan nilai oktan 92. Kemudian pada 1994, nilai oktannya naik menjadi 94 setelah disahkan oleh Dirjen Migas.
4. Premium (Ron 88)
BBM Premium ini dihapus secara resmi pada awal tahun 2023 dengan alasan BBM jenis ini beroktan rendah yaitu RON 88. Sedangkan aturan dari pemerintah lewat perusahaan minyak negara atau PT Pertamina hanya mengedarkan bahan bakar dengan oktan paling rendah RON 90 atau setara dengan Pertalite. Penghapusan BBM beroktan rendah, tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 62.K/12/MEM/2020.
5. Revvo 89
Selanjutnya ada penghapusan RON 89 dari peredaran. Penghapusan BBM jenis gasoline atau bensin itu dimulai pada 1 Januari 2023 bersamaan dengan peniadaan pertalite. Alasanya sama dengan pertalite, BBM jenis bensin ini memiliki angla oktan 89 yang dijual di Indonesia oleh PT Vivo Energi Indonesia dengan nama dagang Revvo 89.
7. BioPremium
Pada tahun 2006 pertamina meluncurkan BBM bernama BioPremium. Sebenarnya jenis ini sama saja dengan Premium, namun ditambah dengan bio ethanol dengan perbandingan 98:2. BioPremium dibuat berdasarkan standar yang dicantumkan dalam Dirjen Migas No. 3674 K/24/DJM/2006. Namun sayang, BioPremium dihapus pada 2010 karena kesulitan suplai Ethanol Unhydrous sebagai campuran.
8. BioPertamax
Di tahun yang sama Pertamina juga pernah menjual bensin bernama BioPertamax. Sama dengan BioPremium, bensin yang satu ini campuran dari Pertamax dengan ethanol sebanyak 5 persen. Nasibnya pun sama dengan BioPremium, harus dihilangkan karena kesulitan mendapat suplai bahan campuran.
SAVINA RIZKY HAMIDA | YUDONO YANUAR| FRANCISCA CHRISTY| IDRIS BOUFAKAR
Pilihan Editor: Pertamina Patra Niaga Pastikan Masih Salurkan Pertalite Sesuai Penugasan