Masih ada tantangan
Akan tetapi, pengalaman berbeda disampaikan partisipan lain bernama Yesi Purnomowati, 48 tahun, penyandang tuna daksa karena polio. Dia mengeluh tak ada toilet khusus penyandang tuna daksa di kereta sehingga selama perjalanan mudik dia harus menahan buang air kecil.
Bukan hanya itu, dia harus turun di stasiun Madiun meski tujuannya ke Ngawi. Pasalnya, di Ngawi kereta hanya berhenti dua menit, waktu yang tak cukup untuknya keluar kereta dalam kondisi berkursi roda. Alasan lain, stasiun Madiun undakan turunannya lebih landai sehingga memudahkan para tuna daksa sepertinya.
Sedangkan Catur mengaku hal yang paling menantang dalam penyelenggaraan program ini adalah harus menerangkan titik keberangkatan dan penjemputan berkali-kali ke peserta mudik, khususnya penyandang disabilitas netra. Pasalnya, mereka tak punya bayangan (gambaran) di mana letak lokasi yang diarahkan panitia program mudik ini.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementeriam Perhubungan Mohamad Risal Wasal mengakui menerima sejumlah masukan, khususnya dari para penyandang tuna daksa. Mereka berharap bisa disediakan kursi roda yang lebih ramping supaya bisa masuk ke lorong area penumpang dan berharap ada kursi khusus penumpang tuna daksa supaya bisa satu gerbong dengan anggota keluarga mereka (bukan duduk di kuris terpisah khusus penumpang dengan kursi roda).
Sementara itu, Direkur Penjualan dan Distribusi BSI Anton Sukarna menjelaskan BSI dan Kementerian Perhubungan sudah bekerja sama menjalankan program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas sejak 2016. Sistem kerja samanya adalah BSI dan BSI Maslahat mengucurkan dana untuk program ini dan Kementerian Perhubungan RI menyediakan moda transportasi yang ramah bagi penyandang disabilitas dengan harga diskon. Pada 2024, anggaran yang dikeluarkan untuk mendanai proram Mudik Ramah Anak dan Disabilitas ini sekitar Rp200 juta.
Menurut Anton, BSI tertarik untuk mendukung program ini karena ini bukan perjalanan biasa. Melainkan ada nilai spiritual, dan upaya untuk menjalin tali silaturahmi. Yang utama, para penyandang disabilitas ini benar-benar membutuhkan bantuan.
“Mudik ini momen penting, para penyandang disabilitas ini ada yang 6 tahun atau 8 tahun tak bisa pulang. Jadi ini betul-betul kebutuhan yang dia cari. Kami terpanggil untuk memberikan solusi kepada mereka. Ini untuk orang-orang yang membutuhkan,” pungkas Anton.
Pilihan Editor: Bandara Banyuwangi Masuki Puncak Arus Mudik