Apalagi, lanjut Arief, secara historis sejak tahun 2020 sampai 2023, rata-rata inflasi pangan berada di angka 5,2 persen. "Jangan sampai kenaikan harga pangan ini menggerogoti kenaikan penghasilan mereka (pekerja)," ucapnya.
Arief juga menyebutkan alasan lain mengapa inflasi pangan perlu dijaga pada tingkat yang rendah dan stabil, yakni kurang dari 5 persen. Dia menuturkan, kelompok makanan memiliki bobot relatif besar pada komposisi pengeluaran masyarakat.
Selain itu, tingkat inflasi pangan perlu dijaga karena kestabilan harga pangan menjadi kunci keseimbangan sosial dan keamanan. "Target inflasi sekarang 2,5 persen plus minus 1 persen untuk indeks harga konsumen, makanya perlu dijaga," ucapnya.
Lebih lanjut, Arief juga menilai bahwa volatile food menjadi kebutuhan pokok harian kebanyakan masyarakat Indonesia. Ia mengatakan sepertiga dari nilai konsumsi untuk kelompok volatile food itu mencapai 33,7 persen Indeks Harga Konsumen.
"Bobotnya memang cukup besar pangsanya, ini perlu kita jaga dengan baik," katanya. Menurut dia, apabila pemerintah berhasil menjaga kestabilan pakannya, keamanan sosial dan keamanan nasional bakal terjaga.
Pilihan Editor: OC Kaligis dan Nasabah Lainnya Datangi Kantor Asuransi Jiwasraya, Desak Uang Mereka Dikembalikan