TEMPO.CO, Jakarta - Harga beras kembali naik per Sabtu, 2 Maret 2024. Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional atau Bapanas, rata-rata harga beras premium naik 0,43 persen menjadi Rp 16.520 per kilogram. Sedangkan harga beras medium naik 1,05 persen menjadi Rp 14.470.
Sejumlah pengamat dan asosiasi berpendapat bulan Maret 2024 akan terjadi masa panen, puncaknya di bulan April. Pemerintah pun mengklaim panen bulan ini akan menghasilkan 3,5 juta ton beras dengan asumsi luas tanam di atas lahan 1 juta hektar.
Namu Ketua Komunitas Industri Berat Rakyat atau KIBAR Syaiful Bahari ragu masa panen itu memberi dampak positif terhadap penurunan harga beras. Syaiful menduga pemerintah masih akan mengandalkan beras impor dalam melakukan stabilisasi harga beras.
Hal itu tercermin dari keraguan pemerintah saat memutuskan kembali impor beras 1,6 juta ton setelah mengumumkan bakal impor 2 juta ton. Hingga tahun ini, total yang direncanakan sekitar 3,6 juta ton. Menurut Syaiful, penurunan harga beras akan terjadi, tapi tidak banyak.
"Penurunan harga tersebut bersifat semu, setalah panen raya lewat diperkirakan harga kembali naik kembali," kata dia saat dihubungi Jumat, 1 Maret 2024.
Ia membantah pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang menyebut harga beras sudah turun. Jokowi sebelumnya menyatakan harga beras sudah turun. Masyarakat diminta memeriksa sendiri di Pasar Induk Beras Cipinang.
"Pernyataan tersebut tidak masuk akal," kata Syaiful.
Menurut Syaiful, tugas pemerintah adalah menyediakan beras murah sampai ke pasar-pasar kampung dan warung-warung. Tidak sebatas di pasar induk dan operasi beras SPHP.
Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, mengatakan harga beras terlihat turun di Pasar Induk Beras Cipinang karena beras impor sudah mulai berdatangan. Sedangkan pergerakan harga gabah versus harga beras belum stabil.
Berdasarkan data yang ia peroleh, harga gabah sudah turun di beberapa daerah, tapi harga beras belum juga turun. Sehingga, ia memprediksi harga beras masih tidak akan turun secara signifikan. Oleh karena itu, ia mengimbau agar pemerintah hadir dengan mengintervensi kebijakan jika harga gabah semakin anjlok.
"Pemerintah bisa memulai dari merevisi HPP yang harganya sudah tidak relevan lagi," kata dia.
Sementara itu, pemerintah telah menetapkan harga pembelian pemerintah atau HPP gabah kering panen (GKP) seharga Rp 5000 per kilogram di tingkat petani. Padahal, produksi GKP per September 2022 sebesar Rp 5.667 per kilogram.
AISYAH AMIRA WAKANG
Pilihan Editor: BI Masih Uji Coba Rupiah Digital, Pengamat: Permudah Pelacakan Transaksi Korupsi