Ini sehubungan dengan begitu mulai dibukanya wisata Bali pascapandemi, permintaan sangat tinggi, belum lagi saat pandemi banyak properti vila yang dijual murah. Terakhir Medan, kita liat pertumbuhannya selalu konsisten.
Paling tinggi ada di Medan Kota dengan median harga sekitar Rp 810 juta dan Mendan Sunggal dengan median harga Rp 1,2 miliar. Medan Sunggal ini agak pinggir dari Medan Kota tapi dekat banyak jalan lintas provinsi, dan dengan adanya tol Trans Sumatera ini pertumbuhannya terus meningkat.
Kalau perbandingan rumah baru dan rumah bekas, seperti apa preferensinya di masyarakat dan apa yang biasanya jadi pertimbangan?
Untuk hal ini bisa dilihat dari segmentasi konsumen yang kita pecah jadi empat generasi. Ada baby boomers, generasi x, generasi milenial, dan generasi Z. Pertama baby boomers, mereka ini tidak tertarik sama sekali dengan rumah baru, maunya rumah bekas.
Sederhanya karena mereka ini biasanya besar di Jakarta, dari kecil tinggal di Jakarta, maunya ya tetap di Jakarta walau harus beli rumah yang ukurannya lebih kecil ya nggak apa-apa. Kemudian generasi X, mereka ini terbuka mau baru atau bekas, tapi tendensinya ke hunian bekas. Milenial juga kurang lebih sama.
Yang berbeda ini generasi Z, mereka nggak masalah mau baru atau bekas, ini imbang porsinya. Untuk faktornya pertama adalah lokasi, kedua harga. Kalau generasi boomers, X ini soal harga ngga masalah karena mungkin sudah lebih matang dan stabil dari sisi keuangan, yang penting lokasi oke. Sedangkan milenial dan gen Z harga jadi pertimbangan utama baru lokasi, sehingga opsi yang dimiliki nggak banyak.
Hunian dengan konsep hijau makin banyak ditawarkan, apakah tren ini akan terus bertumbuh?
Di properti memang ketika satu pengembang bangun properti sudah ada aturan berapa persen area terbangun berapa persen area hijau. Sepanjang 2023 suplai rumah hijau pertumbuhannya cukup tinggi sekitar 45,7 persen. Preferensi konsumen lebih kepada lingkungan yang hijau, area terbuka hijaunya banyak, punya ruang fungsional, pengelolaan limbah terpadu, dan pakai energi hijau seperti solar panel di atap rumah.
Walau memang pengembang yang menawarkan konsep ini masih terbatas, masih pengembang besar dan menengah. Siapa yang berminat dengan konsep hunian hijau ini tentunya generasi yang mengerti konsep ekonomi hijau, ini akan jadi daya tarik khususnya generasi Z.
Soal range harga rumah, bagaimana perkembangan daya beli masyarakat saat ini?
Pencarian rumah paling tinggi saat ini di range harga Rp 1-3 miliar sekitar 28,7 persen, kemudian range di bawah Rp 400 juta termasuk rumah subsidi ini sekitar 24,1 persen, lalu range harga Rp 400 juta – Rp 1 miliar itu sekitar 23 pjersen, kemudian di atas Rp 5 miliar sekitar 14,9 persen, dan range Rp 3-5 miliar itu sekitar 9,4 persen.
Bagaimana dengan ketersediaan suplai atau iklan jual properti, apa yang mempengaruhi kenaikan trennya?
Ini tergantung karakteristik masing-masing daerah. Misal seiring dengan pertumbuhan kawasan industri seperti di Cikarang dan Cibitung, akan tinggi juga suplai perumahan dan area komersial seperti ruko. Pertumbuhan jumlah suplai juga bergantung pada daerah mana yang sedang bertumbuh, misal dengan adanya kereta cepat, jumlah listing properti di sekitar Halim kemudian Padalarang itu naik, banyak orang yang coba jual rumah, permintaan kemudian naik juga.
Kebanyakan kontribusi kenaikan listing properti datang dari luar Jabodetabek, seperti Yogyakarta, Solo Semarang, Medan, Makassar, kemudian Denpasar ini jadi sumber-sumber pemantik permintaan.
Selanjutnya: Bagaimana strategi yang diterapkan Rumah123 untuk..?