TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara tentang pembahasan sinkronisasi anggaran dengan pemerintah berikutnya usai digelarnya Pemilu 2024.
Sri Mulyani mengaku dirinya tidak terlibat pembahasan sinkronisasi anggaran dengan pemerintahan selanjutnya. Ia pun memastikan hanya ingin fokus mengurus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Nanti itu Bapak Presiden, lah ya. Aku nggak, lah,” kata Sri Mulyani saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, pada Senin, 19 Februari 2023.
Meski begitu, bendahara negara itu menyebutkan memang tidak mungkin terhindarkan pembahasan APBN 2025 antara pemerintah saat ini dengan pemerintah berikutnya. "Tapi nanti tidak terhindarkan itu akan harus ada pembahasan antara pemerintah sekarang dengan yang akan datang."
Lalu bagaimana sebetulnya pasar menilai sosok ideal Menteri Keuangan di pemerintah mendatang? Apakah Sri Mulyani masih menjadi magnet kuat yang seharusnya tetap dipertahankan?
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, mengatakan bahwa Sri Mulyani sebaiknya melanjutkan jabatannya sebagai Menteri Keuangan pada kabinet baru pemerintahan selanjutnya, yakni 2024–2029.
“Menurut saya sih, sebaiknya SMI melanjutkan ya. Apabila beliau bersedia,” ujar Lukman ketika dihubungi Tempo, Senin, 19 Februari 2024. Namun, kata dia, itu adalah hak presiden baru dan kompromi politik dengan partai pendukungnya.
Lukman menjelaskan bahwa di bawah Sri Mulyani, Indonesia berhasil melewati era berat seperti pandemi Covid-19. “Inflasi juga terkendali, walau hal ini juga kredit buat Bank Indonesia terutama, dan (di bawah Sri Mulyani) pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat,” tuturnya.
Hal senada disampaikan pasar uang lainnya Ariston Tjendra. Ia menilai keberadaan Sri Mulyani di kabinet selama ini positif direspons pasar dan memberikan dampak positif ke penguatan rupiah.
Sebaliknya, jika Sri Mulyani tak dipertahankan, rupiah bisa berbalik melemah. "Ini bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah karena peran sentral Menkeu menjaga perekonomian Indonesia sesuai target dan juga mendadak," kata Ariston kepada Tempo.
Adapun ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri sebelumnya kembali mendorong Sri Mulyani Indrawati mundur dari jabatan Menteri Keuangan.
Menurut Faisal, mundurnya Sri Mulyani merupakan pemicu gerakan moral untuk menghindari kondisi chaos akibat sikap Presiden Jokowi yang belakangan ditengarai merusak demokrasi. Hal ini seiring dukungan kepala negara itu kepada Capres-Cawapres nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Karena dia membuktikan bahwa Jokowi sudah offside. No more. Saya nggak bisa lagi untuk menjadi pemain dengan kapten Jokowi," kata Faisal dalam acara Malam Tirakatan untuk Kejujuran dan Keadilan yang disiarkan langsung melalui YouTube Teater Utan Kayu, Senin malam, 12 Februari 2024.
Saat ini, kata Faisal, dunia memang dalam kondisi tenang. Namun Indonesia bisa terguncang jika ada pemicu masalah, seperti perang. "Langsung merembes ke Indonesia karena 39 persen saham di pasar saham Jakarta dikuasai asing."
Sebelumnya, Faisal Basri memang pernah mendorong Sri Mulyani mundur dari Kabinet Jokowi. Sebab hal itu akan memberi efek besar terhadap Jokowi. Secara tidak langsung, menurut Faisal, mundurnya Sri Mulyani juga bakal mendorong menteri-menteri lain ikut mundur.
"Istilah teman-teman saya purnawirawan TNI, Bu Sri Mulyani itu separuh nyawa Pak Jokowi. Jadi kalau Sri Mulyani pergi, Pak Jokowi klepek-klepek, sadar," tutur Faisal, 7 Februari 2024.
Ia juga mengatakan mundurnya Sri Mulyani dari kursi Menteri Keuangan bisa mengguncang politik di kabinet. Bahkan, ia memperkirakan Jokowi bisa saja mundur dari posisinya. Walhasil, Wakil Presiden Ma'ruf Amin bakal ditunjuk menjadi presiden dan kabinet bisa ditata ulang.
Diketahui, saat ini pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subinato dan Gibran Rakabuming Raka, unggul dalam hasil hitung cepat atau quick count.
Sejumlah hasil quick count dari berbagai lembaga survei menunjukkan potensi Pemilu satu putaran yang dimenangkan oleh Prabowo-Gibran. Mereka meraih suara terbanyak dengan rata-rata 57–60 persen.
Adapun hasil hitung nyata atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menunjukkan pasangan tersebut unggul dibanding kedua paslon lainnya. Per 19 Februari 2024 pukul 19.00 WIB, pasangan Prabowo-Gibran memimpin dengan nilai 58,58 persen. Sementara Anies-Muhaimin sebanyak 24,26 persen, dan Ganjar-Mahfud MD sebanyak 17,16 persen.
DANIEL A. FAJRI | DEFARA DHANYA | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Sri Mulyani Sebut THR dan Gaji ke-13 ASN Bakal Cair Mulai H-10 Lebaran