TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menanggapi soal keputusan impor Kereta Rel Listrik (KRL) yang disebut mendapat ancaman dari China untuk menyetop pemberian pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, membantah informasi yang beredar tersebut. Menurutnya, impor tiga rangkaian kereta atau trainset dari China itu tidak ada hubungannya dengan pemberian utang Kereta Cepat.
“Tidak ada hubungannya, pure enggak ada hubungannya. Prosesnya, benar-benar pengadaan. Tidak ada pengaruh dari siapapun,” ujar Anne dalam konferensi pers di Kantor Pusat KAI Commuter, Stasiun Juanda, Jakarta, pada Selasa, 6 Februari 2024.
Ia menjelaskan proses pengadaan tiga rangkaian KRL baru itu melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) hingga Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP). “Makanya selalu ada BPKP, LKPP. Jadi memang proses pengadaan harus ada pembanding, tidak ada rekomendasi dari siapa pun,” tuturnya.
Diketahui, PT KCI telah menandatangani kontrak kerja sama pengadaan tiga rangkaian KRL impor bersama CRRC Sifang Co., Ltd pada 31 Januari 2024 di Beijing, China. Pengadaan tiga rangkaian KRL baru impor dari Cina itu memiliki total investasi sekitar Rp 783 miliar.
Setelah penandatanganan kerja sama tersebut, keputusan KCI mengimpor KRL dari China ternyata menuai polemik. Salah satunya, datang dari warganet yang menyebut impor itu berkaitan dengan pinjaman proyek KCJB.
“Menarik, ternyata keputusan Indonesia impor KRL baru dari China, bukan Jepang, gegara pihak China ancam menahan gelontoran pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) jika Indonesia ngotot mengimpor KRL bekas dari Jepang, kata sumber CNN,” kata akun X @kabarpenumpang pada 1 Februari 2024 lalu. Cuitan tersebut mendapat 461 ribu tayangan dan disukai hampir 5 ribu orang.
Pilihan Editor: Alasan KCI Impor KRL Cina, Lebih Murah dan Pakai Stainless Steel