TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengharapkan industri makanan berperan aktif dalam pencapaian Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol bersih. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyatakan Kemenperin memiliki target untuk dapat mencapai NZE di sektor industri 10 tahun lebih cepat dari target nasional pada 2060.
Ada empat strategi yang akan ditempuh untuk mencapai target tersebut. Pertama mendorong industri segera bertransisi ke energi baru terbarukan. Kedua, manajemen dan efisiensi energi. Ketiga, strategi elektrifikasi dalam proses produksi. Terakhir, pemanfaatan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
"Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang diharapkan berperan aktif dalam mencapai NZE ini," ujarnya pada peresmian “Go Live” sistem manajemen informasi produksi dan monitoring energi di PT Niramas Utama di Bekasi, Jawa Barat, produsen nata de coco, dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, 1 Februari 2024.
Putu menyambut baik inisiatif perusahaan makanan dalam upaya dekarbonisasi dan transformasi digitalnya menjadi industri hijau. Putu berharap semakin banyak pelaku industri mengimplementasikan industri 4.0 dan green industry.
"Kami berharap akan tumbuh lebih banyak lagi inisiatif seperti ini, agar daya saing sektor industri kita semakin meningkat di dunia internasional," katanya.
Direktur PT Niramas Utama Adhi Lukman menyebutkan pabrik di Bekasi menjadi proyek pertama digitalisasi sistem manajemen informasi produksi dan monitoring energi. Digitalisasi tersebut diklaim sebagai komitmen perusahaan dalam penerapan revolusi industri 4.0 secara bertahap.
Tujuan utamanya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, optimalisasi proses bisnis, pengembangan kompetensi SDM, dan juga pemenuhan tanggung jawab perusahaan terhadap penghematan energi, serta pengurangan emisi karbon untuk mendukung tercapainya target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Untuk mendukung transformasi digital perusahaan menuju green industry, Niramas menggandeng Schneider Electric dan PT JETEC Indonesia.
Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan solusi EcoStruxure for Industry milik mereka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi biaya perawatan aset hingga 20 persen per tahun. Solusi itu juga diklaim bisa meningkatkan efisiensi waktu pengumpulan data sebesar 99 persen, mengurangi potensi produk gagal hingga 10 persen. Return of investment (ROI) solusi ini disebut hanya dua tahun.
ANTARA
Pilihan Editor: Profil Adrian Gunadi, Dirut Investree yang Mengundurkan Diri