TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menyoroti target penurunan kemiskinan ketiga pasangan capres-cawapres Pilpres 2024.
Adapun dalam dokumen visi misinya, pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Anies-Muhaimin) menargetkan tingkat kemiskinan turun dari 9,6 persen menjadi 4-5 persen pada 2029.
Kemudian, pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) menargetkan tingkat kemiskinan di bawah 6 persen pada 2029. Terakhir, pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) menargetkan tingkat kemiskinan di bawah 2,5 persen pada 2029.
"Dari target variatif ini, kita tidak boleh makan mentah-mentah janji tersebut," kata Abra dalam diskusi publik yang digelar virtual pada Kamis, 18 Januari 2024. "Perlu dielaborasi, apa saja strategi, program, yang akan digunakan masing-masing kandidat untuk menurunkan tingkat kemiskinan."
Abra menuturkan, masalah kemiskinan menjadi isu penting yang perlu dibahas. Terlebih, di beberapa pulau di Indonesia, tingkat kemiskinannya masih tinggi. Misalnya, Maluku dan Papua yang tingkat kemiskinannya di angka 19,6 persen. Kemudian, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 13,62 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan per Maret 2023 di angka 9,36 persen atau mencakup 25,9 juta orang.
Di sisi lain, pemerintahan era Presiden Joko Widodo alias
Jokowi juga menargetkan kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2024. Akan tetapi faktanya, lanjut Abra, tingkat kemiskinan ekstrem Indonesia masih di angka 1,12 persen pada 2023.
Dibanding negara lain di ASEAN, seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia, Abra mengatakan Indonesia masih tertinggal. Sebab, tingkat kemiskinan ekstrem Thailand sudah di angka 0,62 persen; Vietnam 0,44 persen; dan Malaysia 0,5 persen. Sementara kemiskinan ekstrem Indonesia, dengan pengeluaran US$ 2,15 dolar, masih sebesar 2,88 persen. "Ternyata, ada negara lain yang progresnya lebih baik," kata Abra.
Adapun kemiskinan ekstrem, Abra menjelaskan, merupakan kemiskinan yang parameternya dihitung dari pengeluaran individu. Ia mengatakan, masyarakat termasuk kategori miskin ekstrem jika
pengeluarannya di bawah Rp 10.739 per orang per hari atau Rp 321.170 per orang per bulan.