TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Dadan Kusdiana menyebut transisi energi dilakukan untuk menjaga daya saing produk dalam negeri dengan negara lain. Ia mengatakan transisi energi tidak semata untuk permasalahan lingkungan.
"Pemanfaatan produk energi bersih, dalam proses produksinya akan menjadi sebuah persyaratan masyarakat global. Konsekuensinya, pajak lebih tinggi jika dalam proses produksinya menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi tinggi," kata Dadan, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Sabtu, 13 Januari 2023.
Karena itulah, Dadan berujar, Indonesia mesti mulai beralih ke energi bersih. Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain untuk menjaga pasar, seperti Eropa. "Asia sekarang mulai menerapkan prinsip-prinsip energi bersih. Jadi kira-kira tujuan besarnya seperti itu, jangan dibalik. Justru kita mendorong kemanfaatan energi terbarukan, kita ingin meningkatkan daya saing kita,"ujar Dadan.
Ia juga mengatakan beberapa negara dilaporkan sudah meminta pajak tinggi untuk produk yang terbukti menggunakan bahan bakar tidak ramah lingkungan. Namun sebaliknya, bagi yang memiliki sertifikat penggunaan energi bersih.
Di Eropa, lanjut dia, akan diterapkan carbon border tax dua tahun lagi. "2026 itu tidak lama untuk sebuah industri memastikan bahwa nanti akan bisa masuk ke sana," tutur dia.
Ia menjelaskan jika nanti produk Indonesia akan masuk ke pasar Eropa, maka akan ditanya soal sertifikasi, energi yang digunakan dalam proses produksi. Jika saat dihitung emisi yang dihasilkan lebih besar dari batas ketentuan, maka ada pajak tambahan.
Perbedaan besaran pajak emisi itu pun otomatis menyebabkan perbedaan harga suatu barang. "Produk yang dalam prosesnya menggunakan energi dengan emisi yang tinggi akan lebih mahal harganya dibandingkan dengan produk yang sama, tapi menggunakan energi yang ramah lingkungan," kata Dadan.
Pilihan Editor: Terkini: Mahfud MD Komentari BUMN Kolaps, Anies Usung Bansos Plus hingga Prabowo Janjikan Anggaran BRIN