TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup di zona hijau pada perdagangan sesi pertama di Jumat, 5 Januari 2024. Berdasarkan laman Bursa Efek Indonesia (BEI) indeks ditutup menguat 0,24 persen ke level 7.377,5.
Melihat pergerakan ini, analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi IHSG masih mengalami penguatan pada penutupan akhir pekan. Dia juga mengatakan IHSG akan melanjutkan tren penguatannya pekan depan.
“Kalau saya lihat secara teknikal IHSG pekan depan masih akan menguat. Kalo terkoreksi di level 7.350-an, tapi untuk penguatan selama satu pekan kemungkinan mencapai di kisaran level 7.450-an,” ujar Ibrahim ketika dihubungi Tempo, Jumat.
Meski bursa di Asia cenderung mixed dan di beberapa negara menurun, ia mengatakan saham-saham di Indonesia mengalami penguatan yang cukup signifikan. “Ini mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup bagus dibandingkan negara-negara Asia lainnya,” tuturnya.
Ia menjelaskan pasar saat ini sedang menunggu satu data utama Amerika Serikat yang akan dirilis nanti malam, yakni data tenaga kerja. Di sisi lain, para pedagang saat ini terlihat sedang mengurangi ekspektasinya terhadap Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed yang mulai akan menurunkan suku bunganya.
Sementara di dalam negeri, ia menyoroti komentar salah satu ekonom luar negeri yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia itu sangat menarik.
“Di saat memasuki tahun politik, pengusaha Indo itu tidak takut dengan kondisi-kondisi yang tidak diinginkan. Bahkan dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 akan lebih baik dibandingkan 2023. Ekspektasi pemerintah di 5,2 persen pemerintah kemungkinan besar akan tercapai,” katanya.
Menurut dia informasi ini dapat membuat satu gagasan terhadap para pelaku pasar, bahwa Pemilu akan mengalirkan arus modal asing yang masuk ke pasar Indonesia lebih deras lagi. Ditambah dengan neraca perdagangan yang diprediksi surplus tahun ini.
“Komentar-komentar ini yang membuat pasar sedikit bergairah, bahwa di saat ekonomi global bermasalah karena tensi geopolitik di Eropa dan di Timur Tengah. Juga di Semenanjung Korea, di mana Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat melakukan pelatihan perang secara bersama-sama,” tuturnya.
Pelatihan ini membuat ketegangan yang tinggi sehingga saham-saham di sana turun. “Di Indonesia berbeda,” kata analis itu.
Pilihan Editor: Catatan Bos OJK dari Kinerja Pasar Modal 2023: SID Baru Mencapai 6,4 Persen dari Penduduk Usia Produktif